Legend dan gadis itu melanjutkan perjalanan dengan menaiki harimau putih. Semilir angin dan udara sedikit berkabut di antara rindangnya Handroanthus Chrysotrichus di sekitar puncak gunung Tabebuya menambah aurora magis perjalanan mereka.
Setiap hunter pernah mengalami misi-misi menantang seperti ini. Legend adalah hunter ke sepuluh ribu tujuh ratusan yang mendapat misi ini. Semua gagal termasuk hunter terhebat saat ini di kota Dirga yaitu Willy ayahnya. Beberapa tinggal nama dan ada yang pulang dengan penuh luka. Meski ada sedikit desas desus soal orang misterius yang pernah menaklukan gunung Tabebuya, tetapi tidak pernah ada yang tahu kebenarannya. Kalaupun ada tentunya dia sudah menjadi seorang kesatria yang hebat tak terkalahkan.
Akhirnya mereka pun sampai di puncak gunung. Mereka melihat ada sebuah kuil besar dengan desain tua dan mengeluarkan hawa magis luar biasa. Beberapa monster elit tampak menjaga bangunan itu. Mereka terus sembunyi dan waspada. Keberadaan mereka tidak boleh sampai diketahui.
Satu dua monster elit mungkin bisa diatasi dengan mudah tetapi jika semua menyerang mendadak tentu itu bisa menjadi momok menakutkan.
"Aduh, banyak sekali monster penjaga itu. Sementara kita cuman berdua. Bagaimana caranya?" Gadis itu bicara sangat pelan kepada Legend.
Legend menyadari kalau dia hanyalah seorang hunter yang tidak mungkin berkelahi jarak dekat. Keahlian bersembunyi dan menyerang dari jarak jauh tetap harus dilakukan. Dia memutuskan memilih pohon kuning tua relatif tinggi sebagai tempat bertahan. Sementara dia akan arahkan petnya ke target sendirian yang tepat.
Keuntungan hunter dengan panah adalah membunuh dalam kesunyian dan nyaris tanpa suara.
Sudah tiga jam lamanya mereka menunggu dan belum ada satupun monster elit yang memisahkan diri.
Gadis itu ternyata bernama Miya anak petani kapas dari dusun sembilan. Tiga jam adalah waktu cukup lama untuk saling mengenalkan diri. Gadis itu memiliki wajah yang cantik dan kuning. Jika Legend perhatikan dengan teliti tampak di pipinya seperti bekas tetesan air mata. Mungkin karena si Miya terus merasakan sakit yang luar biasa.
"Bedebah memang si meta itu sampai berani memukul gadis secantik ini." Ujar Legend sambil terus memperhatikan kumpulan monster itu.
Disebut cantik, si Miya merasa malu dan terlihat dari wajahnya yang memerah dan menunduk. Legend sebetulnya tahu kalau itu bukan waktu yang tepat untuk menggoda si Miya tetapi hanya berusaha menghibur dan menghilangkan kepenatan. Hal paling lumrah dari kebiasaan para hunter ketika berperang.
Ada sekitar 13 monster elit di depan kuil itu yang harus Legend bunuh satu persatu. Tampak harimau putihnya tetap siaga seperti biasa.