Rita menatap orang-orang berdesakan memasuki bandara dari balik jendela pesawat. Ia telah menunggu hampir satu jam namun tampaknya ada sedikit masalah sehingga membuat penerbangan tertunda. Dari yang ia dengar dari penjelasan pramugari beberapa saat yang lalu, mereka sedang menunggu orang dari pemerintah.
Entah siapapun orangnya, ia berhasil membuat perempuan dua puluh lima tahun itu kesal. Berulang kali ia mengumpat dalam hati. Bertanya-tanya siapakah penumpang penting itu sehingga mampu membuat jadwal penerbangan tertunda.
Tiap kali pintu bandara terbuka, ia berharap orang itu yang datang. Namun sudah puluhan orang lewat tak ada tanda-tanda seseorang berjalan menuju pesawatnya. Pesawat lain yang datang sebelum pesawatnya pun telah lepas landas terlebih dahulu. Rita berulang kali menatap jam tangannya sampai bosan. Kalau saja bukan orang yang suka berhemat, ia akan mencari penerbangan lain.
Rita mendengar salah satu penumpang yang duduk paling depan memprotes kepada pramugari dan pramugara yang berusaha menenangkannya. Pria paruh baya itu mengancam akan melaporkan maskapai penerbangan karena membuang-buang waktu banyak orang.
“Memangnya pekerjaan kami nggak penting!?”
Penumpang lainnya ikut memprotes yang akhirnya membuat seisi pesawat gaduh. Seperti satu jam yang lalu saat pramugari cantik itu meminta maaf kepada para penumpang untuk bersabar menunggu pesawat yang sedikit tertunda jadwal penerbangannya. Beberapa orang lain tak mau banyak bicara lalu memutuskan meninggalkan pesawat. Termasuk sepasang suami istri yang duduk di sebelah Rita tadi. Tempat duduk yang tadinya penuh hanya tersisa tujuh puluh persen.
Seorang nenek memasuki kabin pesawat dibantu dua pria muda berjas dan berkacamata hitam membuat para penumpang terdiam. Ia menunduk kemudian meminta maaf kepada semua penumpang beserta pramugari dan pilot yang bertugas. Suaranya parau hampir tak terdengar dari tempat duduk Rita.
“Cih, kukira pejabat!” Pria paruh baya yang tak berhenti protes tadi sengaja menggerutu dengan suara yang bisa didengar semua orang.
Nenek itu mengabaikan si pria paruh baya. Menatap satu persatu wajah penumpang sampai akhirnya bertemu pandang dengan Rita. Rita segera memalingkan wajahnya kembali ke jendela. Hingga tak sadar si nenek sudah duduk di sebelahnya. Kedua pengawalnya duduk berseberangan dengan tempat duduk mereka. Ia melihat wajah nenek yang tersenyum padanya dari pantulan kaca jendela namun berpura-pura tak melihatnya.
Setelah mendengar penjelasan keamanan penumpang dari salah satu pramugari akhirnya pesawat lepas landas. Rita memejamkan mata dengan kepala masih menghadap jendela menghindari perbincangan yang tak perlu dengan orang asing di sebelahnya. Sebenarnya ia ingin menikmati perjalanan dari negara tempatnya bekerja ini untuk terakhir kali. Namun merasa tak nyaman sebangku dengan orang yang telah membuatnya kesal.