PUNKER

Xie Nur
Chapter #13

Insiden Tidak Terduga

“Tega sekali mereka menuduhmu mencuri,” kata Zakaria pada Ric saat keduanya sedang duduk di area lantai bawah yang menyediakan satu ruang luas untuk meja makan. Tepat setelah mereka sarapan. Saat itu hanya ada Ric dan Zakaria. Penghuni lain ada yang sudah berangkat kuliah. Atau malah masih bergumul dengan selimut karena pagi itu hujan telah menghapus kekeringan beberapa bulan yang lalu.

“Biarkan saja, yang penting bukan aku pelakunya. Aku justru senang saat mereka merasa kecewa karena salah tuduh. Entah, kalau ternyata mereka masih menganggapku sebagai pencurinya. Bagiku nggak masalah.”

“Tenang Ric, aku selalu dipihakmu,” kata Zakaria membuat Ric menampilkan senyum asimetris.

Kalau orang ini benar memihaknya, seharusnya waktu itu dia mengatakan sesuatu yang bisa meringankan tuduhan terhadapnya. Bilang apa kek. Bukannya hanya diam menundukkan kepala dan menjadi gelisah ketika Pak Abu menanyakan tentang survei online yang diikutinya.

“Bagaimana hasil surveinya?” tanya Ric. Dia ingin tahu apakah datanya benar-benar membantu.

“Oke, sudah aku isikan, tinggal menunggu pembayaran.”

“Memangnya tidak langsung cair?”

“Mereka harus memilah data terlebih dahulu. Kira-kira dataku bisa dipakai atau tidak. Kalau banyak membantu nanti pendapatan yang diperoleh menyesuaikan dengan hasil peninjauan.”

“Biasanya kamu dapat berapa?” Ric menjadi penasaran. Dia berpikir, kalau suatu saat punya ponsel akan mengunduh aplikasi pencari uang itu. Sepertinya mudah.

“Tergantung bobot survei. Tapi aku nggak bisa mengatakan,” balas Zakaria sambil mencomot martabak telur yang masih tersisa.

“Oke,” tanggap Ric ikut mengambil martabak yang rasanya sangat enak. Tidak seperti martabak yang dijual matang lainnya, yang cenderung memiliki kulit tipis, isian kurang padat dan terlalu banyak bumbu penyedap. Martabak yang sedang dia makan kali ini memiliki tekstur yang padat, terasa telurnya dan memiliki cita rasa seperti martabak dengan label merk terkenal.

Keduanya tenggelam dalam kunyahan masing-masing. Bahkan Zakaria telah mengambil satu lagi, seolah lupa bahwa ada penghuni lain yang belum mengambil jatah makannya.

“Jangan habiskan martabaknya, dong!” Sena muncul dari lantai atas. Cengiran lebar menebar aroma pasta gigi memberi kesan segar. “Apa menu hari ini?” Sena lalu membuka tudung saji.

Di dalamnya terhidang tumis bunga genjer dan balado terong. Untuk lauknya ada tempe goreng dan martabak yang posisinya tidak berada dalam tudung saji.

Sena mengambil piring dan mengisinya dengan nasi yang ada di rice cooker. Mengambil lauk secukupnya lalu duduk tepat di depan Zakaria.

“Hujan gini, jadi malas mau berangkat kuliah,” kata Sena sebelum menyuap nasi pertama.

“Bukannya kamu ada kuliah pagi?” tanya Ric yang heran kenapa Sena begitu santai.

Pasca melakukan survei Ric menjadi hafal jadwal kuliah seluruh penghuni asrama. Dia pun bisa menandai siapa yang membolos kuliah pada hari itu.

Lihat selengkapnya