Mata wood milik Biru terbuka perlahan di bawah terik matahari yang mampu membakar semangat. Di sisi kanan lapangan bulu tangkis tangannya terikat bersama tangan Tera dengan sebuah sapu tangan batik. Mulanya ia tak mau berpartisipasi dengan lomba yang melibatkan bola berbulu angsa.
Tapi, setelah perdebatan panjang antara dirinya dan Tera. Akhirnya ia setuju dengan rayuan dan bujuk Tera yang mampu menyentuh paruh dirinya. Kalimat Tera begitu membuatnya ingin berdiri menggenggam raket di tangan kirinya.
Iya, Kak Reno tipe yang tidak diduga. Permainan ganda campuran ini ternyata melibatkan pengikatan tangan kedua pemain di sisi yang bertemu. Perbincangan alot dengan Tera terjadi juga karena mereka harus memilih siapa yang memegang raket dengan tangan kiri.
Tera menyebut Biru bisa menangkis segala bentuk perlawanan dengan lengan kirinya. Biru memang bukan kidal, tetapi ia bisa menyesuaikan tangan kirinya untuk segala jenis olahraga, kecuali catur.
Terdorong oleh omong kosong Tera dan muka memohon yang belum pernah dilihat Biru, akhirnya Biru menurut.
Tera menatap bayangannya yang begitu ketara di bawah matahari, selanjutnya pandangan matanya menatap iris Biru yang warnanya berubah begitu indah di bawah cahaya. Mata dengan warna khas cokelat kayu Biru begitu bersinar.
Permainan berjalan, mulanya hanya Tera yang terlihat berjuang pada permainan. Namun entah kenapa Tera benar, tangan kiri Biru ringan dan tidak kaku untuk ikut bermain juga. Dari situ, Biru percaya diri kalau mereka bisa melawan yang lain.
Siapa yang tidak senang jika kemenangan tersuguh di depan mata?
•••
Biru bersama yang lain sedang berjalan di jalan ramai dengan suasana vintage yang kental. Di waktu dengan langit jingga yang mencolok ini, Rendra dan Bilah mengajak paksa Biru dan Tera menemani kulineran di alun-alun pinggir kota.
Stand makanan yang berjajar super sibuk membawa suasana lapar pada perut yang masing-masing, mengemis. Rendra dan Bilah yang memang menyukai makanan manis pergi ke penjual gulali dan bubur manis. Tera dan Biru yang dominan dengan makanan gurih pergi membeli tongseng gurita dan kerak telur.
Meskipun mereka bukan pergi ke mall dan di lingkup pendingin CFC tapi suasana hangat di sore ini mudah diingat warna dan harumnya. Sampai matahari tak mampu menunjukan sinarnya lagi mereka bertahan dengan mencicip berbagai makanan yang jarang dikecap lidah.
Suasana dinginnya malam juga tak kalah, bahkan riuh tempat yang di0duduki mengalahkan sejuknya malam ini. Lampu yang menghias tugu di tengah lapang alun-alun menghasilkan paduan terang bersama temaram indah.
"Jagung bakar dateng," suguh Tera bersama empat bonggol jagung dengan kepul hangat. "Biru geser nggak lo?" suruh Tera.
Biru cepat bergeser memberi Tera ruang disebelahnya. Tera membagikan jagung bakar pada masing tangan. Jagung bakar masuk ke perut hingga suara Rendra terdengar.
"Lusa pada ada acara nggak?" tanya Rendra dalam sela makan jagungnya. Yang lain menggeleng kecuali Biru.
"Oke, kita ke wahana arum jeram!"
"Gue kan geleng-geleng Ren!" seru Biru tak terima dirinya dihiraukan.
"Gue tau alesan lu, nggak terima alasan naikin level game," tajam Rendra.
Biru tak sengaja memperhatikan Tera yang kepalanya menoleh ke sana ke mari seperti mencari sesuatu.