You're My Blue

Risma Nur'aeni
Chapter #20

19 - Hug a Four-square

"Nyapu yang bersih ya, Ra." Biru berucap dengan muka meledek. Hari ini Tera piket dan Biru yang enggan pulang untuk basket.

Tera hanya merotasikan mata sebal. Ketika terlintas sesuatu ia langsung berhenti sejenak.

"Lo nggak balik, Bir?"

"Ntar," kata Biru singkat.

"Emang mau ngapain?"

"Main."

"Ya main apa di sekolah, Bambang!" kesal Tera, karena merasa pertanyaanya tak dijawab dengan baik.

"Basket, basket!"

"Hari ini ada anak basket 'kan? Nggak kesorean?" Biru hanya menggeleng.

Setelah menyapu semua baris bangku karena semua teman piketnya kabur, ia duduk di sebelah Biru yang hanya bermain hewan tanah yang mencari makan.

"Bir," panggilnya.

"Hng, kalo kata lo mending jujur atau nggak jujur?" ujar Tera rendom sambil memainkan tas sekolah Biru yang tereletak di meja.

"Jujur apaan?" Muncul kernyitan pada raut Biru.

"Ish, jawab aja!"

"Kalo diminta jawabannya ya jawab jujur, kalo itu hal yang nggak perlu dijujurin nggak usah diomong." Tera diam, jadi keputusan apa yang harus diambil jika jawaban Biru seperti itu.

"Kalo konteksnya nggak jujur itu jadi bohong?"

"Gue rasa ada batas deh, antara emang lo nggak jujur sama bohong. Kalo bohong itu lu membuat sesuatu yang nggak ada atau yang nggak terjadi, 'kan kalo nggak jujur jatohnya nutupin fakta dan nggak mengarang sesuatu yang nggak ada, iya nggak?"

Tera mengangguk-angguk.

"Emang jujur apaan dulu dah?" Tera bergeming. Biru yang sadar Tera hanya diam mengalihkan fokus dari gamenya.

"Kalo konteksnya kentut, nih ya. Contoh aja." Biru hanya tertawa kecil dan membuat Tera otomatis juga tertawa.

"Dalam tata krama, kentut itu di indonesia nggak sopan ya 'kan? Beda kalo di luar negeri, misal lo lagi belajar biasa, terus ada temen yang kentut, keadaan lagi sepi, atau lebih formal, lagi rapat. Ada yang kentut, bunyi. Tata krama di sana nganjurin orang yang dengar kentut itu pura-pura nggak dengar, karena berdasarkan penelitian tahan kentut itu nggak baik."

Tera hanya mendengarkan sesekali tertawa karena Biru juga menjelaskan sambil memasang muka tidak serius.

"Engga, Ra tapi gua ngomong serius. Nah, beda lagi kalo kentutnya bau, orang yang kentut itu harus sadar diri dan minta maaf. Buat konteks yang pertama, mereka dianjurkan untuk nggak jujur kan?"

"Yang pura-pura nggak denger?" tanya Tera.

"Iya, di situ jatohnya mereka nggak jujur bukan karena bohong. Tapi menutupi yang nggak tertutup." Biru sampai di ujung kalimat.

"Jadi, gue harus?" tanya Tera.

"Ya lo kentut nggak?!"

"Ish, lo mah! Serius nanya ini tuh gue!" sentaknya.

Lihat selengkapnya