You're My Blue

Risma Nur'aeni
Chapter #26

25 - Me and You

Tak sanggup.

Nada dari suara khas Biru, bagai membuatnya menemukan robot seperti Doraemon untuk investasi masa depannya.

Tubuh ini rasanya tak mampu membendung segala desir dari aliran yang meronta dalam nadi. Semua mati rasa. Kulit ini mati rasa. Suara Biru menyihir Tera seperti sebuah es. Membuatnya tertegun dan terjun di saat yang bersama.

Begitu haru hati perempuan dengan rambut legam itu. Seakan sebuah bom atom meletup di jantungnya dan membunuh segala keramaian. Waktu bahkan seperti mendukung mereka, jalannya menjadi sebuah kebisuan dari euphoria sebuah rasa, bernama suka.

Biru tau. Tak bisa disangkal, keberadaan Tera itulah tujuannya. Membuat Biru kembali ke arahnya.

Dan ketika sesuatu yang diharapkannya tergapai. Ah, rasanya berjuta beban dipundaknya hilang tak bersisa. Senang ini seakan tak punya akhir. Dekapan dari belakang Biru membuatnya tak lagi bisa bergerak atau menolak. Air mata seakan ingin meluncur, namun diusahakan tidak keluar.

Tolong, jantungnya seperti rusak. Terlalu berdetak keras saat ini. Sesuatu seperti membuatnya nampak tak kuat menahan gejolak dari pengaruh Biru yang meminta sebuah rasa agar jadi miliknya juga.

Kemudian sebuah helaan napas panjang yang begitu tenang menyadarkannya kembali dari lautan bahagia.

Perlahan tangan Biru melepaskan dekapan, dengan lembut tangannya memutar tubuh Tera menghadapnya. Menatap baik-baik manik mata gelap perempuan dihadapannya. Yang sekarang tak melihat ke arahnya.

Tera masih jauh alamnya, gemingnya malah membuat Biru mengernyit bingung. Adakah sebuah kalimat yang salah tadi?

Tatapan Tera lurus, belum bertemu mata Biru. Bahkan kedip pun rasanya tak mudah. Kalau ini mimpi gadis itu tak ingin terbangun.

Raut Tera berubah mengernyit. Lalu ia seperti ingin mundur kaku dan sedikit limbung. Untung tubuh gadis itu mampu seimbang kembali. Tangannya terangkat menyingkap rambut, yang lainnya memegangi jantung yang seakan ingin melompat.

Matanya bergerak menatap netra kelam Biru dengan sedikit tergugu.

"Woah!" Tera bertingkah seakan jantungnya tak bisa dikendalikan lagi.

"Kenap--," tanya Biru mengernyit dengan Tera yang bertingkah. Namun disela dengan cepat dan setelah mendengarnya ia menelan bibir.

"Jangan ngomong! Nggak baik buat kesejahteraan jantung gue!" pekiknya. Tera berjongkok sambil menetralkannya. Memberi tatapan sengit ke arah Biru.

Gadis itu berdiri kemudian, ia ingin mengomel sebetulnya tapi wajah tidak tau apa-apa dari Biru membungkamnya lagi. Rasa haru ia keluarkan dengan deruan kesal.

Mulutnya sudah terbuka dan menutup lagi karena wajah Biru yang tersuguh dihadapannya. Akhirnya kedua kaki hanya melengoskan tubuh dari hadapan Biru. Membuat tatapan dari iris cokelatnya memandang tak mengerti dan hanya mengekor.

"Ra? Lo mau kemana?"

Langkah Tera berhenti mendengarnya, membuat Biru sudah dihadapannya lagi. Pemuda itu memandang gadis yang sedang menghindari matanya bertemu dengan raut kesal.

"Lo marah sama gue, Ra?" tanyanya seperti orang bodoh.

"Lo pikir?" sengit Tera lagi.

Lihat selengkapnya