Pagi ini koridor sangat ramai. Banyak bisik - bisik dan siulan yang menggema. Tatapan semua orang berpusat pada satu titik. Saling memancarkan wajah kagum pada ciptaan tuhan yang terpahat begitu sempurna tanpa cela.
Di sana. Tepat di parkiran dekat ujung koridor, seorang gadis berjalan santai tanpa memperdulikan sekitarnya yang memang selalu ramai akibat kehadiranya. Gadis itu berjalan mendekat ke arah ketiga temannya yang berada di tengah koridor.
Serukan saja namanya, Delfira Sakilla. Atau yang kerap disapa Delfira. Murid pindahan dari bandung, tepatnya dua hari yang lalu.
Pemilik wajah imut dengan hidung mancung, bulu mata lentik, bibir pink alami yang menggoda, serta tidak lupa juga dengan kulit putih mulus dan body goals.
Jadi tidak heran jika banyak pria yang mengantri untuk bisa menakhlukan hati Delfira. Sedangkan kaum hawa hanya bisa menatap iri ke arah gadis itu.
"Kebiasaan deh, pagi pagi udah bikin heboh."Delfira tertawa kecil menanggapi ucapan Fina.
"Alah itu mah udah biasa, gue malah pengen liat adekan baku hantam. Seru pasti. "timpal Sandra.
"Kok seru sih San, yang bener itu serem kali. Ih Vivi mah ngga mau bayangin. "Vivi memasang wajah bergidik ngeri. Sandra berdecak, sedangkan Fina dan Delfira justru memutar kedua bola matanya.
"Gue ngga nyuruh lo buat bayangin Vi. "
"Iya, mangkanya Vivi bilang ngga mau duluan biar pas Sandra minta Vivi buat bayangin. Sandra udah tau kalo Vivi ngga mau. "
Sandra menatap gemas ke arah Vivi. Vivi yang ditatap seperti itu malah tersenyum bodoh. Delfira dan Fina sudah lama terbahak melihat tingkah Vivi yang memang terkesan polos. Polos - polos minta di jadiin kurban di hari raya idul adha.
"Lo emang minta gue pites ya Vi, untung temen. "Keki Sandra.
"Jangan dong San, kalo badan Vivi jadi penyet gimana?Emang Sandra mau tanggung jawab. "sedih Vivi.
Mata Sandra membulat. Ia menghembuskan nafas sabar, menghadapi sahabatnya yang satu ini memang membutuhkan kesabaran ekstra.
"Udah deh San, ngga bakal ada ujungnya kalo lo ngomong sama Vivi. "lerai Delfiradi sisa tawanya.
"Heem. Yang ada lo ngelus dada mulu, dia mah emang agak sarap. "saut Fina. Vivi mendelik polos mendengar ucapan Fina tentangnya.
Vivi memang sedikit bersikap dan bertingkah beda dari ketiga sahabatnya. Gadis itu terkesan polos dan lugu. Namun, hal itu menjadikan Vivi berbeda dari yang lain. Delfira bahkan menyukai tingkah Vivi yang selalu mengundang tawa, meski lebih banyak membuatnya darah tinggi.
"Kita ke kelas aja yuk! Udah mau bel nih. "Delfira merangkul bahu Sandra dan Vivi, sedangkan Fina berjalan di sebelah Sandra.
*
*
Langkah kaki Delfira membawanya menyusuri koridor menuju kantin. Ditemani Vivi dan Sandar yang berjalan di sampingnya.