Terik matahari menyelinap masuk ke dalam kamar Delfira melalui cela - cela tirai jendela yang sedikit terbuka.
Dalam tidurnya Delfira menggliat ketika sinar matahari menerpa matanya yang tertutup.
Hari ini weekend dan kebiasaan Delfira adalah lari pagi keliling komplek rumahnya. Dengan semangat yang belum terkumpul Delfira bangkit, menuju kamar mandi untuk bersiap.
"Mau lari pagi Non?"tanya Bi Siti, ART di rumah Delfira.
Bi Siti melihat Nona mudanya sudah berpakaian olahraga yang sangat pas di tubuh langsingnya, bersiap lari pagi.
Delfira tersenyum tipis.
"Iyah Bik. Oh iya, Mama kemana ya Bik, kok ngga keliatan. "
Waktu Delfira keluar kamar dan sampai ruang tamu, ia tidak melihat keberadaan Fiska yang biasanya sudah duduk di sofa, membaca majalah.
"Pergi Non, katanya ada urusan sebentar. "
"Yaudah Delfira, olahraga dulu Bik. "pamit Delfira meninggalkan Bi Siti yang kembali menyiram tanaman di halaman rumah Delfira.
Delfira berlari kecil di jalan sepi Kompleks perumahanya membuat rambutnya yang diikat satu bergoyang kekanan dan kekiri dengan cepat sesuai kecepatan lari Delfira.
Udara yang masih cukup segar membuat Delfira tersenyum tipis, bau khas tanah basah dan embun memberikan ketenangan bagi Delfira.
Keringat mulai bercucuran dari pelipis Delfira ketika sudah hampir dua puluh lima menit berlari kecil. Delfira menyeka keringatnya menggunakan punggung tangan.
Saat ini Delfira sudah berada di sebuah taman Komplek. Suasana di sini cukup ramai terisi oleh beberapa remaja sepertinya yang juga berolahraga dan anak - anak kecil yang bermain di taman bersama pengasuhnya.
Karna sudah mulai capek berlari kecil, Delfira mendaratkan bokongnya di salah satu kursi taman yang kosong. Delfira menarik nafas dalam lalu menghembuskanya lagi untuk mengembalikan nafas normalnya akibat berlari.
Setelah nafasnya kembali normal, Delfira membuka tutup botol berisi susu yang memang selalu ia siapkan ketika berolahraga. Delfira meneguknya namun, tiba - tiba dari samping ada tangan yang mengambil paksa botol di tangan Delfira.
Uhukk.. Uhukk..
Mata Delfira melotot lebar dengan wajah yang memerah akibat tersedak. Ia memejamkan matanya, membukanya lagi. Pria itu tidak hilang, ini bukan mimpi!
Tapi, kenapa bisa dia ada di sini? Begitu banyak pertanyaan di dalam kepala Delfira membuatnya pusing. Apa lagi tenggorokanya sangat sakit akibat tersedak.
"Sampe segitunya lo liat gue, kenapa? Kaget?"ujar pria itu, tanganya meneguk botol air milik Delfira hingga kandas.
Delfira menatap tidak percaya, satu botol berdua? Yang benar saja. "Itu punya gue, kenapa lo abisin. "
"Gue haus, lagian susunya ngga enak, kemanisan. "ujar pria itu.
"Emang bener ngga punya adab lo ya. "maki Delfira.
Arga, pria itu menaikan kedua alisnya. Bersikap santai seola tidak melakukan kesalahan apapun.
"Cowo nyebelin. "gumam Delfira.
Daripada Delfira kesal setengah mati karna Arga lebih baik dirinya pergi, lagi pula olahraganya telah selesai.
"Mau kemana lo. "
Langkah Delfira terhenti. Ia memutar tubuhnya ke belakang.
"Kemana aja asal ngga di sini sama lo. "ketus Delfira.
Pria itu terkekeh sinis menghampiri Delfira.
"Siapa yang bilang gue mau temenin lo di sini? "
Delfira menggeram tertahan, matanya mendelik kesal ke arah Arga. "Bisa ngga ngga usah bikin gue kesel. "
"Ngga. "
"Terserah deh. Gue ngga perduli. "kata Delfira. "Udah muncul tanpa di undang, bikin kesel lagi. Ngga guna banget hidup lo. "
Tenaga dan waktu Delfira terbuang sia - sia sekarang akibat meladeni Arga yang sangat tidak jelas. Muncul tiba - tiba, membuat Delfira kesal, membuang waktu Delfira dan hal tidak berguna lainya. Delfira kembali pergi meninggalkan Arga.
"AWAS! "
Teriakan Arga terdengar bersama mata Delfira yang membulat lebar ketika melihat sebuah motor melaju kencang ke arahnya. Delfira ingin menghindar tapi tubuhnya terasa sangat Kaku.
Bukk...
Mata Delfira mengerjap menatap mata hitam pekat dan tajam milik Arga, saat ini jarak wajah Arga dan Delfira hanya 5 inci. Bahkan sekarang tubuh Delfira berada di atas tubuh Arga.
Eh, APA! Di atas tubuh Arga?!