Badan jangkungnya tersorot oleh semua pasang mata. Wajah datarnya tampak acuh tidak memperdulikan sekitar.
Arga berjalan santai menuju kantin di temani Nolan Sahabat Arga sejak duduk di bangku esde.
Keduanya duduk di meja kosong yang terletak di sudut kiri paling pojok, alasanya hanya satu. Menghindari pasang mata dan hal yang tidak terduga terjadi.
"Gue harap kali ini makanan gue habis. "Nolan yang pamit membeli makan kembali dan meletakan makanan yang pria itu bawa di atas meja.
"Kalo ngga? "tanya Arga menaikan satu alisnya.
"Biasa lah, lo harus bayarin makanan gue. "kata Nolan tersenyum penuh maksud membuat Arga mendengus.
Arga menyendokan nasi goreng miliknya, melahapnya dengan hikmat. Keduanya menikmati makanan mereka dengan keadaan hening. Tidak ada yang membuka obrolan sampai makanan mereka habis, itu peraturan makan dari Arga.
"Hai, Arga."
Nolan tersedak akibat kemunculan seseorang di antaranya dan Arga. Pria itu menatap malas gadis yang dengan santai duduk di samping Arga.
"Anjir, makanan gue. "gumam Nolan menatap sendu ke arah baksonya yang masih terisi setengah mangkuk.
"Lepasin. "ketus Arga melepaskan rangkulan tangan gadis itu pada lenganya.
"Kebiasaan deh, kenapa sih? Aku ngga ganggu kamu kok."gadis itu memanyunkan bibirnya lima senti.
"Dih, ngga ganggu kata lo? Lu nemplok gitu kaya lintah, jelas ganggu lah. Ngga tau orang lagi makan apa. "cibir Nolan menatap tidak suka ke arah gadis itu.
"Gue ngga ngomong sama lo ya."
"Bodo amat njir, lagian gue ngga niat ngomong sama lo. "
Gadis itu berdecak kesal. Kepalanya menoleh ke arah Arga dengan segaris senyum di bibirnya. Gadis itu kembali merangkul lengan Arga dan menyandarkan kepalanya di bahu Arga.
"Ucapan gue tadi kurang jelas? Lepas atau gue yang bakal lepasin. "
"Aku ngga bakal ganggu Arga, kalo kamu mau makan, makan aja. Atau mau aku suapin?"bola mata gadis itu mengarah ke atas agar bisa menatap Arga.
"Jangan bikin gue marah Mon. "suara Arga lebih dingin dari biasanya, tatapanya tajam menusuk membuat nyali gadis itu sedikit menciut.
Mona, gadis yang sudah lama mengejar - ngejar Arga. Padahal Arga selalu terang - terangan menunjukan ketidak sukaanya.
Arga melepas rangkulan tangan Mona pada lenganya. Pria itu bangkit dari duduknya, membuat Nolan dengan pasrah ikut bangkit juga dengan wajah lesu bercampur kesal akibat belum menghabiskan makananya.
"Kamu mau kemana sih? Kok pergi. "kata Mona."Aku ikut ya? "
Pandangan Arga menatap Mona tajam."Gue udah bilang berkali - kali, jauhin gue. Gue ngga suka lo selalu ganggu ketenangan gue. Kenapa lo ngga ngerti - ngerti sih."
Kepala Mona menggeleng. Satu tanganya menggenggam jemari Arga. "Ngga Ga, aku ngga bisa. Aku cinta sama kamu, kamu tau itu kan. Tolong kasih aku kesempatan. "
Arga terkekeh sinis. "Ngga akan ada kesempatan buat cewe kaya lo, Mon. "
Ekor mata Arga menangkap keberadaan seseorang, pria itu tersenyum samar. Berjalan dua langkah ke depan membuat genggaman tangan Mona terlepas.
"Karna hati gue udah sepenuhnya buat dia. "Arga dengan santai merangkul bahu gadis yang kini membulatkan matanya terkejut.