Pura - pura Lupa

Lutfia fadillah melia putri
Chapter #9

Pacar?

Alvin menatap Delfira cukup lama, seola jika pria itu berpaling menatap ke arah lain. Delfira akan menghilang dari pengawasan matanya.

"Lo tuli, budeg, jampeng, atau congean sih?"ketus Delfira. "Gue udah bilang jangan pernah muncul lagi di depan gue. Gue ngga mau liat muka lo lagi. "

"Ngga bisa Killa. Aku mau kamu dengerin penjelasan aku yang tertunda biar kamu paham sama apa yang terjadi di dalam hubungan kita. "tutur Alvin.

Delfira terkekeh sinis. "Apa yang terjadi? Perlu gue perjelas. Hubungan kita hancur, lo yang hancurin itu dengan akhirin hubungan kita tanpa penjelasan apapun."

"Kita udah berakhir satu tahun yang lalu. Jadi gue harap lo paham itu. "

Di tempatnya Alvin menggeram frustasi menghadapi sikap Delfira ketika di situasi seperti ini. Alvin hanya ingin dan berusaha memberikan penjelasan yang mungkin Delfira ingin tahu sejak dulu. Tapi, respon gadis itu yang selalu menolak membuat Alvin hampir putus asa.

Alvin mengusap wajahnya kasar, matanya terpejam lulu terbuka kembali dan langsung menatap kedalam dua bola mata Delfira.

Tatapan itu?

Tatapan yang selalu membuat Delfira merasa jadi gadis yang paling beruntung.

Namun, semuanya sirna. Gadis itu berpaling ke arah lain. Menghindari kontak mata yang hanya akan membuat pendirianya goyah sekejap saja.

"Killa. Aku mohon sama kamu, aku mohon dengerin semua penjelasan aku. "kata Alvin terdengar lembut dan tersirat keputus asaan. Bingung harus melakukan apa agar Delfira tidak menolak keinginanya yang ingin menjelaskan mengenai kandasnya hubungan keduanya.

"Gue ngga mau. Gue ngga butuh penjelasan apapun. Kenapa lo ngga ngerti - ngerti sih. "

"Aku janji, setelah kamu denger penjelasan aku. Aku akan penuhin semua keinginan kamu. Termasuk ngga lagi muncul di hadapan kamu seperti sekarang.

"Aku mohon Killa. "

Tangan Delfira terkepal di sisi tubuhnya. Pertahananya luruh, mendengar nada lemah dan memohon milik Alvin. "Gue ngga bisa. Please, ngertiin gue. "

Melihat air mata di pipi Delfira, hati Alvin mencelos. "Aku tau kamu masih cinta sama aku Killa. Kali ini aja, kita perlu bicara. Sebentar aku janji ngga akan lama. "

Kepala Delfira menggeleng lemah.

"Bisa ngga, kalo berdiri ngga usah kaya penguasa jalan. "

Delfira dan Alvin yang berdiri di tengah pintu gerbang reflek menoleh ke sumber suara. Melihat keberadaan Arga, Delfira mengusap air matanya kasar.

"Minggir gue mau lewat. "ujar Arga dingin.

Mata Delfira tanpa sadar mendelik ke arah Arga. Gadis itu melangkah menjauh dari depan pintu gerbang. Memberi jalan untuk motor Arga.

Arga menyalakan mesin motornya kembali, menjalankan motornya sesaat dan berhenti di hadapan Delfira. Membuat gadis itu mengernyit bingung ditambah Arga menatap Delfita melalui ekor matanya.

"Naik. Kita pulang, Maaf udah bikin kamu nunggu lama."

Eh?

Lihat selengkapnya