Pretend to Forget

Afifah Azzahra
Chapter #1

Bangku pojok kantin

Dia masih ada disana. Duduk dengan menyandarkan tubuhnya di punggung kursi. Menyeruput Teh kotak yang tadi di belikan Gani, temannya. Di atas meja sebuah buku dengan kertas berwarna coklat terbuka salah satu halamannya. Terpasang sebelah headset di telinga kiri. Tapi pandangannya mengarah ke jendela.

"Arsa..!" Panggil salah seorang siswa yang berdiri di depan pintu kantin. Pemilik nama tersebut menoleh.

"Cepet ke lapangan!" Ajak siswa itu. Arsa yang duduk dekat jendela melirik ke lapangan sejenak. Melihat Darwin yang tersenyum miring kepadanya. Kemudian bangkit dan bergegas kesana.

Sebelum sampai di lapangan, Arsa membuka bungkus permen tusuk yang tadi di beri oleh Adik kelasnya. Di tantang bermain basket itu mudah baginya. Baru masuk ke lapangan ia sudah di lempar bola.

"Masukin bolanya!" Seru Darwin. Tanpa basa basi, Arsa memantulkan bolanya ke dasar berkali kali. Lalu melemparkannya ke ring. Masuk.

Bola berhasil di ambil Darwin. Sedikit sulit untuk merebut bola dari tangannya. Tapi Arsa tak menyerah. Permainan baru di mulai. Lapangan mulai ramai. Para siswa siswi menyaksikan mereka di Tepi lapangan. Sorakan untuk keduanya mulai bersahutan.

Seorang gadis berdiri di koridor lantai 2. Menatap salah seorang siswa yang ada di tengah lapangan. Tatapannya berbeda. Ia merasa ada kebahagiaan disana.

"Ngelihatin siapa hayoo.. yang di lapangan ya..?!" Tanya Kiran yang baru datang. Fanya masih diam. Salah tingkah karena tertangkap basah sedang memperhatikan salah satu dari kedua Siswa yang sedang bermain basket.

"Apaan sih? Siapa juga yang ngelihatin mereka..?!" Jawab Fanya bohong.

"Oo.. ga lihat mereka tapi lihat yang di lapangan kan..?!" Ucap Kiran menggoda.

"Enggak Kiran!" Balas Fanya tegas.

"Tau ga..?! Yang itu namanya Kak Arsa. Kalo yang satunya Kak Darwin." Ungkap Kiran sambil menunjuk satu persatu dari mereka.

"Kak Arsa kelas mana?"

"Kalo ga salah..Kelas XI IPA 3." Jawab Kiran mencoba mengingat. Fanya hanya mengangguk.

"Tapi gue heran deh.. Kak Arsa tuh ya.. ga pernah yang namanya ja-lan sa-ma ce-we!"

Fanya masih menyimak.

"Lo pernah kan ke kantin lantai 2..?" Tanya Kiran.

"Kalo iya, emang kenapa..?!"

"Dia itu cowo yang sering duduk di bangku pojok kantin. Ga ada yang berani duduk di situ. Apalagi kalo ada Kak Arsa." Kiran diam sejenak. Tatapannya tak berpindah dari sosok Arsa yang akan meninggalkan lapangan.

"Dia itu dingin, tapi kalo sama cewe..ya ampuunn.. lembutnya kebangetan." Ungkap Kiran penuh kagum.

Fanya berlalu begitu saja. Meninggalkan Kiran yang sibuk menghayal tentang Arsa.

"Iih.. Fanya lo mau kemana..?" Tanya Kiran sedikit berteriak. Berlari kecil menyusul Fanya yang belum jauh.

"Ke Kelas kiraan.. Lo ga liat bentar lagi bel." Fanya masih tetap berjalan. Hingga akhirnya Kiran bisa menyamai langkah Fanya.

"Pulang sekolah temeni gue ke Toko buku ya..pliiiss.." Pinta Kiran memohon penuh harap.

"Tapii.." Fanya ragu akan memberi jawaban seperti apa. Karna belum tentu Fanya bisa pergi.

"Ayolaahh...pliiiiss..ya?!"

Fanya melirik benda yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Ok! Tapii... kalo lo bisa duluan ke Kelas." Jawab Fanya yang sudah berlari lebih dulu.

"Hei.. curang lo!"

Segera Kiran mengejar Fanya yang belum terlalu jauh. Tapi tenaganya tidak cukup untuk menyalib Fanya. Di depan sana, Fanya mengejeknya dengan menghadap ke belakang dan melambaikan tangan.

Seketika Kiran menghentikan langkahnya melihat kejadian di depan.

Fanya yang berjalan mundur tadi, menabrak seseorang di belakangnya. Tapi ini menjadi keberuntungan Fanya karena tidak langsung jatuh ke lantai. Orang yang di tabraknya malah justru jadi Penolong. Menjadi pelindung tubuhnya dari benturan lantai.

Tangan itu terasa hangat. Tapi wajah pemilik tangan itu terlihat begitu dingin. Kiran berlari menghampiri Fanya yang baru saja melakukan hal paling konyol.

Lihat selengkapnya