Purba Mahkota

Delis Solihat
Chapter #3

Chapter 2 - Sangat Lucuuu!

Sesampainya di depan kamar Purbasari yang terletak tidak jauh dari kamar tempat bermain, … keenam putri ini, segera disambut oleh seorang ksatria tingkat paling tinggi.


Dia adalah orang yang paling dipercayai oleh ayah mereka.


Seorang komandan ksatria dari segala faksi ksatria, yang saat ini ditugaskan untuk mengawal Putri Purbasari yang sudah menginjak umur 3 bulan, … Sir Batara.



Menjadi komandan besar untuk para ksatria dalam usia yang sangat muda, si pria yang memiliki penampilan lembut dan disenangi oleh anak-anak, dengan rambut coklat pucat seperti lempung juga mata coklat gelap seperti kacang kenari, … Sir Batara, adalah orang yang ramah, lagi baik hati.


Dia bukanlah orang yang congkak apalagi songong, dalam menyombongkan segala prestasi yang ia milikki.


Selain itu, dia juga tipikal orang yang akan merasa gampang terenyuh dengan suatu keindahan, kelembutan, kelucuan, juga kegemasan dari sesuatu atau pun seseorang.


Terutama, di diri para putri yang masih kecil-kecil ini.



Merundukkan tubuhnya rendah untuk berjongkok supaya dapat berhadap-hadapan secara lurus dengan tubuh pendeknya para putri, Sir Batara … cepat-cepat bertanya dengan antusias.



“Ada gerangan apa, sampai-sampai menjadikan Anda sekalian repot-repot datang kemari, … para Nyai Putri Saya yang terhormat?”



Melepaskan pegangan tangan dengan menghempasnya, setelah itu langsung menunjuk muka Purbararang dengan telunjuk, seenaknya saja … Purbamanik menceletuk.



“Mau lihat kejelekan di adiknya Rarang.”



Tak terima dengan perkataan itu, Purbararang yang merajuk, menggembungkan pipinya kesal dan menampik ucapan Purbamanik dengan sebuah sanggahan sengit.



“Tidak! Adik Rarang tidak jelek! Ayo buktikan sekarang jika kamu masih tidak mempercayainya!”



“… Ah? Anda sekalin ingin melihat Nyai Putri Purbasari ya?” sadar Sir Batara, mulai memahami apa maksud dibalik kedatangan mereka.



“Sayang sekali, saat ini beliau tengah tertidur."



Mendapati pemaparan dari si pengawal kamar Purbasari yang mengucapkan sebuah penjelasan mengecewakan, keenam putri itu pun merengut sebal.


Enggan melihat putri-putri yang lucu itu bersedih, Sir Batara berupaya untuk menghibur mereka.


Sambil mengedipkan satu mata, juga menaruh telunjuk di depan bibir secara melintang untuk mengisyaratkan supaya nantinya para putri tidak banyak menimbulkan bisik suara, … Sir Batara berkata.



"Tetapi, jika Anda sekalian masih ingin tetap melihatnya, maka … tolong jangan berisik ya?”



Serentak lagi kompak menganggukkan kepala mereka masing-masing, merasa paham akan apa yang Sir Batara tuturkan barusan, pada akhirnya keenam putri itu pun … mulai masuk ke dalam kamar Purbasari satu persatu dengan langkah yang sesenyap mungkin, berusaha untuk tidak menimbulkan suara nyaring barang sedikit pun.



“Uwohh.”



Melirih, menggumamkan keterpakuannya terhadap bayi lucu yang tertidur di dalam kungkungan boks bayi yang saat ini tengah mereka kelilingi, Purbakancana membekap mulutnya kagum.


Reaksi keterpikatan mereka terhadap kecantikan juga kelucuan Purbasari pun, tergambar dengan gamblang pada wajah merona milik Purbaendah, Purbaleuih, juga Purbadewata pula.


Tanpa terkecuali, untuk putri yang harga dirinya sangat tinggi sekali. Yakini Purbamanik.



Ah~ itu adalah suatu pemandangan indah yang begitu memukau, kau tahu?


Rambut putih keperakannya yang entah kenapa tampak lebih mengkilap seakan-akan telah disiram oleh bubuk dari cahaya bulan, … lengkap dengan kulit putih kemerahannya yang terlihat empuk, lembut, dan seperti sengaja untuk meminta disentuh, … telah menggoda Purbamanik supaya segera mengangkat tangan, tuk ia tunjukkan ke arah bayi yang sedang tertidur pulas.



“Ish!”



Akan tetapi, sebelum niatnya itu sepenuhnya dapat terlaksana ….



PAKK!

Lihat selengkapnya