“Para Putri Purba … memasuki ruangan!”
KRIETT!
Gerbang aula utama kastel dibuka.
Memaparkan sinar terang yang berasal dari banyaknya lampu gantung berhiaskan bingkai emas dan bohlam permata, … tuk menerapkan cahaya secara merata mengenai penampilan indah nan memesona dari ketujuh anak perempuan Raja Prabu Tapa Agung.
Mereka semua masuk secara bersama-sama dengan Purbararang di barisan pertama.
Secara serentak memberikan salam kehormatan kepada para putri yang datang terlebih dahulu dibandingkan raja, ratu, juga para selir ke pesta debutan tahunan ini, … semuanya, tidak ada yang tidak membungkukkan badan mereka secara rendah, atau juga mengangkat sedikit gaun atau menyilangkan satu tangan di depan dada.
Menanti kedatangan sang pembuka dan penyelenggara sekaligus tuan rumah dari acara ini, yakni sang raja beserta orang-orang yang menjadi pendampingnya itu hadir, … ketujuh putri dengan alaminya langsung menyebarkan posisi ke tempat-tempat yang ditempati oleh kumpulan bangsawan tuk bersosialisasi, dengan sendiri-sendiri.
“Seperti melihat peri yang turun dari bulan, mata Saya telah diberkahi oleh limpahan besar kecantikan!”
“Ohoho, Nyai Putri. Lama tidak melihat Anda. Anda sudah besar saja.”
“Anda adalah keanggunan sejati, Nyai Putri! Anda bagaikan duplikatnya perbuatan suci Yang Mulia Gusti Ratu!”
Dan yah, … seperti yang telah di duga.
Dari semua tujuh putri yang menyebar ke titik-titik berbeda, titik milik putri yang ke tujuh, tempat di mana Purbasari berada itulah, … yang tampaknya menjadi tempat paling ramai dikelilingi oleh banyaknya bangsawan-bangsawan kenamaan.
Sedangkan, sebaliknya, … untuk sang kakak tercinta, Purbararang.
Dia, si putri yang memang sebetulnya lebih nyaman ditinggal sendirian di tengah keramaian ini, malahan tak ada barang seorang pun aristokrat yang datang ke arahnya dengan niatan untuk menghampiri.
Maksudnya, …!
Dia memang ingin ditinggal sendiri, karena kurang suka bersosialisasi. Tetapi, untuk saat-saat ini, … setidaknya jangan sampai begini juga!
Ini membuat malu!
Apalagi saat mata obsidiannya tak sengaja berkontak mata dengan netra kuning kejinggaan milik Purbamanik, … yang jelas-jelas tersenyum puas seakan-akan tengah mengejeknya saat ini.
Ahhh! Tidakkk!
Siapa pun! Siapa saja! Tolong datangi dia sekarang walau hanya seorang dan dalam waktu yang sekejap!
“Sepertinya Anda terlihat kesepian ya, … Nyai Putri?"