Purba Mahkota

Delis Solihat
Chapter #9

Chapter 8 - Ada Kupu-kupu Di Perutku

Ah.


Padahal, dahulu sekali, … yang sering kali membuat pasangannya menjadi salah tingkah hanya karena saling berkontak fisik ringan itu adalah Purbararang.


Tetapi, lihatlah saat ini.


Waktu telah cepat sekali berlalu, … untuk memaksa tugas membuat tersipu salah satu orang dari sepasang tunangan tersebut, beralih menjadi kepada Indra Jaya.



Seakan-akan terbuai oleh efek rindu yang mendalam, … kedua sejoli muda-mudi ini menari di bawah lampu gantung yang dapat menyinari sorot yang berarti dari mata mereka, dengan masing-masing maniknya menampakkan pandangan yang penuh akan rasa nostalgia.


Seolah-olah peri cinta datang dan memberkati mereka berdua dengan melontarkan masing-masing satu anak panah untuk menembus hati mereka, keduanya … tak bisa untuk tidak berhenti menyimpulkan sebuah senyuman yang malu-malu, … walau otot-otot di pipi saja sudah menjadi pegal sekali pun.



“Apakah aku dapat mempercayai apa yang dilihat oleh mataku ini?”



Melihat tarian yang ditarikan pasangan tunangan muda itu, seluruh bangsawan yang tadi hanya tertarik tuk mengerubuti putri selain Purbararang, langsung melongo saking terpesonanya akan pemandangan yang menentramkan.



“Langkah yang ringan! Mereka seperti sedang menari di atas awan!”



“Hei! Ini patut untuk diabadikan!”



Lagi dan lagi, seolah-olah tidak peduli dengan keadaan sekitar, dan hanya terfokus saja ke dalam dunia yang mereka damba, baik Indra Jaya maupun Purbararang … tak mampu memalingkan pandangan dari mata mereka untuk beralih melihat hal yang lain selain dari manik mata indah milik satu sama lain.



“Aku tahu kalau kamu ingin menghabiskan waktu berdansa yang lumayan lama denganku. Tetapi ingatlah, … Indra.”



Mencoba melepaskan tangannya yang masih digenggam dengan erat oleh Indra Jaya walau lagu waltz sudah selesai sekali pun, Purbararang mencoba mengingatkan tunangan yang ingin menempel kepadanya seperti lem ini, … dengan suara sedikit bergetar karena bersikeras tuk menahan tawa mengekeh.



“Aku harus berdansa dengan yang lain juga. Apalagi Ayahku.”



“Tidak.”



Tersenyum nakal dan melingkarkan satu lengannya tuk mengunci pinggang Purbararang, dan langsung mendekatkan sang gadis idamannya tuk datang ke dekapan, … Indra Jaya berbisik pelan.



“Tidak boleh,” ujarnya, menggelitik hati Purbararang sampai merasa ada kupu-kupu beterbangan di dalam perut.



“Laki-laki yang dapat berkontak fisik denganmu, meski itu hanya berpegangan tangan sedikit pun, … hanya boleh aku saja.”



“Hei, ayolah!”



Merasa geli, Purbararang tak bisa menyembunyikan senyuman bahagianya sambil memukul-mukul pelan dada Indra Jaya akibat terlampau senang.


Terkekeh sebentar atas tindakan menggemaskan dari putri pembawa keceriaan dalam hidupnya, Indra Jaya menangkap tangan yang kini jauh lebih kecil dari tangannya dibandingkan sewaktu mereka masih anak-anak, … kemudian segera menggerakkan bibirnya kembali dan berkata.



“Rarang, aku serius!” serunya berusaha meyakinkan, sambil menatap lamat-lamat manik mata hitamnya Purbararang.

Lihat selengkapnya