Purnama

Nur Rohmah DS
Chapter #2

Bab. 01 - Ada Hati Yang Ingin Bicara

Bintang mulai bicara, ia tak akan pernah bisa seterang yang kau minta, jika Purnama itu selalu ada.

Cahayanya terlalu redup, untuk hatimu yang terlalu riuk.

...

Riuk angin tandakan hujan sudah datang, awan kelabu mulai bermunculan, mengikis surya di atas bintang dan purnama yang terang-benderang. Ya, hujan yang menenggelamkan semuanya. Membuat hatinya sedingin malam ini. Membuat matanya seabu-abu awan untuk langit. Sabita terlalu membenci itu semua. Sabita terlalu mengingat hujan di bulan Oktober--bulan rindu yang seharusnya datang.

Dimana kamu Bintang?

Hanya itu, hanya itu pertanyaan yang selalu Sabita tanyakan pada semesta. Pada kelap-kelipnya angkasa, untuk tahu dimana bintangnya.

Kau tahu? Kala itu Sabita pun berdiri di sini, di atas balkon rumah peninggalan kakeknya. Bersama Bintang, Bintang Ananta Surya. Ya, itu dia Bintang yang selalu menemani Sabit, Sabita Mei Rajani. Saat itu langit manyambar menyentak bumi, dengan riuhnya hujan yang membawa Purnama kembali kedalam hidupnya. Kedalam bahagianya Sabita dan Bintang.

Purnama, itu rindu. Yang selalu datang membawa riuh hujan, dan angin yang menghapus indahnya malam bersama bintang dan bulan di angkasa.

Oktober, itu tiba. Purnama itu kembali. Dan Bintang itu pun pergi.

"Tidak ada yang benar-benar berakhir di dunia ini, Bita. Jika semesta bicara, kita akan bertemu kembali, suatu hari nanti." Bintang menatap Bita dalam di hadapannya.

Air mata gadis itu menetes, ia tidak suka jika dihadapkan dengan situasi seperti ini. "Bintang, tunggu aku. Jangan akhiri semuanya, aku tidak bisa. Tolong!"

"Bita, ayolah. Ini semesta yang bicara, bahwa bintangmu harus pergi." Pemuda itu menggengam lembut tangan gadis di hadapannya. "Temui Purnama, bahwa semuanya tidak berakhir!"

"Kita yang berakhir."

"Kamu yang bilang, bahwa kenangan bersama Purnama adalah hal terindah dalam hidupmu. Bilang kepadanya, Bita!

"Tapi—"

"Purnama butuh jawaban dari hatimu!

"Bintang!" Rengeknya.

"Jika dihadapkan dengan situasi seperti ini kamu menghindar, kamu akan kehilangan yang kamu inginkan. Hatimu ingin menyampaikan sesuatu, Bita. Sampaikanlah, dia menunggumu!

Tetes demi tetes air matanya mulai turun, bercampur dengan gerimis yang tak bisa ia tepis. Sabita memeluk erat tubuhnya sendiri, dengan langit gelap yang masih ia tatap.

Gadis yang bernama Sabita ini memang ngeyel--susah di bilangin. Tapi hatinya tak pernah berbohong, kalau Purnama memang ada dalam hatinya. Tapi dalam hatinya juga terdapat Bintang. Bisa kah manusia menyiapkan satu tempat untuk dua orang yang berbeda? Dalam ruangan sejenis hati?

Lihat selengkapnya