Ayam jantan berkokok dengan nyaring, memecah keheningan pagi di desaku. Burung-burung berkicau, turut menyambut pagi dengan riang. Dua hewan yang sudah tak asing di dengar saat pagi menyapa, alarm alami yang memanjakan telinga warga desa tempat tinggalku. Semburat warna jingga menghiasi pagi. Matahari mulai menampakkan diri, menyinari pagi dengan kehangatan.
Pagi itu, aku sudah duduk di depan cermin mengenakan kebaya modern berwarna pink yang sudah ku pesan jauh hari, membiarkan wajahku diberi polesan foundation, bedak dan lainnya oleh kak Mega, pemilik salon yang tak jauh dari rumahku. Mbak Mega sangat teliti dan cekatan merias wajahku. Tangan nya sudah terbiasa dengan brush dan alat-alat make up lainnya. Aku berhias bukan untuk acara pernikahan. Melainkan acara yang paling ku nanti selama sekolah. Acara apalagi kalo bukan acara perpisahan sekolah. Ya, hari ini adalah hari terakhirku di sekolah tingkat menengah atas. Tak hanya wajah, mbak Mega pun menata rambutku dengan cekatan. Menyanggul rambutku dengan gaya yang sedang tren saat ini. Aku ingin terlihat rapi dan berbeda dari teman-temanku yang lain.
Di acara ini, aku di daulat sebagai mojang sekolah. Yaitu, sebagai perwakilan siswi yang sebelumnya di vote dan dipilih berdasarkan suara terbanyak dan berdasarkan kriteria fisik yang di tentukan. Aku bersyukur dan menambah pede karena dari 50 calon mojang perwakilan semua kelas IPA dan IPS, aku berhasil terpilih. Yang artinya aku memiliki fisik dan penampilan yang unggul dari semua peserta. Dan di acara ini aku akan catwalk sebagai pengumuman resmi terpilihnya sebagai mojang sekolah tahun ini.
Tentunya aku tidak catwalk sendirian. Aku akan di dampingi oleh pemenang jajaka (putra) sekolah. Sama halnya dengan pemilihan mojang sekolah, pemilihan jajaka sekolahpun dipilih berdasarkan vote suara terbanyak. Bedanya tempat pemilihan nya di adakan secara terpisah. Jadi, pemenang mojang dan jajaka tidak diberitahu siapa yang akan menjadi pendampingnya. Jadi, aku ingin terlihat rapi, cantik dan wangi untuk semua orang, khusus nya untuk jajaka yang akan berdampingan denganku.
"Duh... anak mama yang sekarang jadi mojang, cantik banget. Mama pangling lihat kamu, rasanya mama bukan mau mengantar anak mama perpisahan. Tapi terasa mengantar pengantin." Ujar mama sambil tersenyum hangat di depan pintu kamarku. Aku hanya tersenyum. Mbak Mega ikut tersenyum bangga. Mama berjalan mendekatiku dan mbak Mega yang masih menata rambutku. "Ah, Mama bisa aja. Ini juga kan berkat tangan pro nya mbak Mega." Jawabku sambil melirik mbak Mega yang sedang memilh aksesoris rambut yang dia bawa di tas make up nya. "Masih lama ya, Mbak?" Tanya mama pada mbak Mega yang masih sedang mencari aksesoris rambut. "Sedikit lagi kok, Bu. Ini tinggal memasang aksesoris rambutnya. Selesai deh." Jawab mbak Mega. Aku berangkat bersama ayah dan mama ku. Meskipun kami belum punya kendaraan pribadi, aku senang karena mama dan ayah mau datang di acara perpisahan sekolahku.
Oh ya, perkenalkan namaku Tira. Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Adik pertama ku masih duduk di bangku kelas 5 SD, Dika namanya. Dan adik kedua sekaligus si bungsu baru masuk sekolah TK, namanya Anindia. Aku sering memanggilnya, Dia. Kami di lahirkan dengan rentang umur yang cukup jauh. Meski begitu aku sangat menyayangi mereka. Dan meski aku menyadari perlakuan mama dan ayah berbeda terhadapku dan kedua adikku, aku tak pernah mempermasalahkan nya. Ah, aku tak ingin memikirkan itu sekarang. Karena hari ini adalah hari bahagiaku.