Purple Rain

ADLuthFia
Chapter #1

Prolog

DALAM diam seorang cowok berjalan menuruni tangga.

Sedari pagi suara gemuruh hujan terdengar berdentuman dengan atap rumah-rumah. Hal inilah yang menyebabkan cowok yang dijuluki dengan sebutan si usil itu memegang sebuah payung lipat berwarna ungu muda di tangan kanannya. Namun payung tersebut bukanlah payung miliknya. Ibunya-lah yang memaksa anaknya untuk membawa payung yang sering ia sebut payung janda karena warnanya ungu. Dia sendiri bingung akan ibunya. Dikarenakan dia ke sekolah menggunakan motor sehingga tidak membutuhkan payung. Ibunya tetap menyuruhnya, bahkan setelah dia memakai jaket yang lalu dia lapisi lagi dengan jas hujan.

Tepat di anak tangga terakhir si cowok usil menatap halaman sekolah sambil mengenakan tudung jaketnya. Lapangan yang kosong terlihat kabur karena rintik hujan yang berjatuhan. Hal itu membuat dirinya ingat bahwa hari ini tepat hari pertama dimulainya sekolah serta masuknya murid-murid baru. Namun karena hujan yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, kegiatan MOS hari ini untuk anak-anak baru jadi terganggu. Mereka merubah rencana dari berkumpul di halaman menjadi berkumpul di aula sekolah.

Sebenarnya si usil tidak masalah dengan hujan. Dia tidak benci namun juga tidak benar-benar suka dengan hujan. Hal yang cowok ini tidak suka dengan hujan adalah keadaannya. Terutama teman-teman perempuannya. Begitu hujan turun, mereka langsung berlarian dan bilang mereka kesakitan. Seolah-olah yang turun bukanlah air melainkan batu. Baju basah sedikit saja mereka heboh akan demam. Syukur tidak semua perempuan di sekolahnya seperti itu.

Dan gadis yang tidak sengaja si cowok usil temui termasuk salah satunya.

Saat cowok itu kembali berjalan menuju parkiran sekolah yang berjarak beberapa meter dari gerbang, matanya tiba-tiba menemukan sesuatu yang menarik baginya. Tidak jauh dari sana terlihat gadis yang berdiri diam di tengah-tengah hujan yang semakin lama semakin lebat. Walaupun tidak begitu jelas karena rintik hujan, tetapi si cowok usil yakin seluruh badan gadis itu basah. Penyebabnya karena dia tidak memakai payung, jaket, atau apapun yang biasa dipakai untuk menjadi pelindung dari hujan.

Gadis itu terlihat biasa saja, berkacamata dan rambutnya terurai. Namun entah kenapa mata si cowok usil tidak bisa lepas darinya. Ia berusaha menggali pikirannya karena gadis berkacamata itu terlihat familiar. Sayangnya si cowok usil tidak bisa mengingat siapa gadis tersebut. Familiar, tapi tidak sering ia lihat.

Tangan gadis itu menadah untuk menampung air. Samar-samar si cowok usil dapat melihat gadis itu tersenyum kecil. Dia berani bertaruh gadis itu juga bersenandung. Sedetik setelahnya dia menengadahkan kepalanya sambil menutup mata. Beberapa saat si cowok usil terpana melihat gadis itu. Raut mukanya terlihat begitu senang dan tenang. Melihat gadis berkacamata diantara rintik-rintik hujan seperti melihat sebuah lukisan. Seakan-akan air yang menyiraminya itu menghilangkan segala keresahan yang ia miliki.

Si usil lalu melihat payung ungu muda di tangannya. Dia membuka payung tersebut dan mulai berjalan menuju gadis itu. Cowok itu tidak tau apa yang mempengaruhi dirinya sampai-sampai dia ingin menghampiri gadis itu. Namun satu hal yang ia ketahui, gadis itu kelihatan benar-benar menyukai hujan. Tetapi jika diteruskan lebih lama lagi, dia benar-benar akan sakit. Walaupun tahu dirinya saat ini ikut campur urusan orang lain, si cowok usil tetap mengulurkan tangannya agar payungnya bisa melindungi gadis itu dan dirinya dari hujan.

Gadis berkacamata penyuka hujan itu seketika langsung membuka matanya begitu menyadari air hujan tidak lagi jatuh ke mukanya. Lewat kacamata yang penuh air, ia menatap bingung payung ungu diatas kepalanya. Setelahnya ia berbalik dan mendapati seorang laki-laki yang tidak ia kenal berdiri di belakangnya sambil memberikan payung itu kepadanya.

Lihat selengkapnya