~Semua tergantung kesepakatan ke dua belah pihak. Kalau ke duanya saling nyaman dengan tidak saling sapa, lalu di mana letak salahnya?~
🥀🥀🥀
“Kirimkan Nesta uang bulanan. Segera!” Begitulah telepon itu kumulai dan kuakhiri. Tidak perlu berdrama, mengucapkan cinta dalam dusta.
Seperti kataku kemarin, salah satu kesalahan mereka adalah terlalu baik padaku. Sejauh apapun aku melangkah, kebaikannya selalu menjamah. Siapa yang tidak tahu bahwa sudah menjadi tugas orang tua membiayai kehidupan anaknya? Itu jika si anak bersikap manis, sedangkan aku? Selalu memaksa, tidak ada basa-basi, tanpa memelas, dan parahnya tidak mengucapkan terimakasih. Itulah mengapa kusebut terlalu baik.
“Selamat pagi adekku sayang! Ingatkan, masih punya utang cerita samaku?” Farhan si pengganggu telah datang membuat rusuh. “Cowok yang kemarin kau bilang udah ada kemajuan?” lanjutnya dengan nada yang sudah dipelankan, seolah-olah topik rahasia besar tidak boleh terbongkar.
“Udah, sekarang giginya jadi tonggos. Maju sekitar lima sentilah,” jawabku ngasal. Mata yang disipitkan pertanda respon serius harus kukerahkan. “Udah keburu cewek lain.” Akhirnya kusampaikan apa yang ingin ia dapatkan.
“Sedih kali nasibmu. Belum juga jatuh cinta, udah kepepet cewek lain lagi. Ishh… ishh… jangan-jangan kau kena kutuk Nest, nggak mau ke dukun aja!?” Farhan mulai berbisik ke indera pendengaranku.
“Yaelah… enggak semiris itu juga kali,” sanggahku dengan buru.