~Kalau saja cinta sudah ditemukan, tidak masalah untuk mengejarnya, tapi jangan membuang waktu untuk mencari cinta yang belum tentu ada~
🥀🥀🥀
Cermin itu menggambarkan seseorang yang tidak kukenali, setiap melihatnya air mata harus menetes berulang kali. Tanpa alasan, aku merasa sedang tertekan. Apakah ada yang terjebak di dalam? Mengapa tidak pernah bisa dikeluarkan? Bagaimana cara memberitahu yang kurasakan? Lalu untuk siapa kusampaikan rasa sesak yang tak bisa dikendalikan? Sampai sekarang, hanya hati nelangsa yang betah merasuk sukma. Meski belum kutemukan untuk siapa rindu yang selalu tercipta.
🥀
“Kau tahu bidadari itu tidak ditakdirkan untuk berbohong? Cepat bilang, kau habis nangis ‘kan!?” terka Raka saat kami sudah sampai di taman.
“Kenapa malah mengajakku jalan saat malam minggu? Apa perlu kubilang cewekmu kalau kau selingkuh,” ancamku mengalihkan topik pembicaraan.
“Kami udah end,”dalih Raka dengan wajah biasa saja, tapi ia sudah lupa tentang mataku yang sembab.
“Seriusan? Ayolah kita rayakan perpisahan kalian,” ajakku seolah-olah putusnya mereka patut mendapat selamatan.
“Sahabat macam apa kau ini? Aku sedang bersedih malah bercanda lagi.” Karena yakin laranya cuma guyonan belaka, dengan keras aku menggelak tawa.
Aku mulai memasang indra pendengaran untuk curhatan. Hubungan yang masih seumur jagung itu harus berakhir sekarang. Tidak pernah kulihat raut murung yang berlebihan. Sebenarnya aku tidak mengerti mengapa harus mendengarkan cerita patah hati.
“Memangnya kau benar-benar patah hati? Tumben sekali? Lagian kalau sudah tidak yakin, kenapa kemarin masih coba mempertahankan?” selidikku penuh keseriusan.