Putih Yang Menyamar Hitam

Senna Simbolon
Chapter #10

Abangda Depo

~Rindu dan cinta tidak akan datang dengan kata permisi, juga tidak berpamitan saat akan pergi. Jadi, kuperingatkan untuk hati-hati!~

🥀🥀🥀

Rindu dan cinta tidak akan datang dengan kata permisi, juga tidak berpamitan saat akan pergi dan aku harus lebih hati-hati. Meski sudah mewaspadai, rindu itu membawaku dalam sengsara. Subuh ini pengusik itu datang lagi, aku menangis tanpa dalih. Pernah beberapa tanya muncul dalam pikiran. Mengapa ia selalu kembali? Sesak yang terasa semakin menjadi. Tidak bisa dikatakan semua akan baik-baik saja. Awal yang tidak tahu kapan berakhir, memang lebih menyedihkan dibanding kekosongan.

🥀

“Pagi-pagi mata udah sembab aja, habis patah hati ya? Dasar betina,” kicaunya saat berdiri di depan kelasku.

Sorry, haram bagi jomlo untuk patah hati!” celotehku dengan nyaman, seolah kesendirian ini patut mendapat tepuk tangan.

“Jomlo juga bisa patah hati, apalagi kalau yang disukai sudah punya kekasih.” Spontan aku menggigit bibir bawah yang tidak kenapa-napa. Aku jadi teringat dengan Raka. Senior ini memiliki penerawangan yang kuat, tapi aku tidak jatuh hati pada dia yang sudah kusebut sahabat. “Temui aku setelah pulang kuliah, aku mau menikmati waktu denganmu lebih lama,” lanjutnya sembari mengakhiri percakapan di pagi hari.

Ia berlalu laksana debu yang tertiup angin. Ada sesuatu yang melompat-lompat ketika aku mendengar ucapnya. Orang-orang sering menyebut ini rasa gembira. Tak penting apa itu, yang pasti bagiku sangat menyenangkan. Janji temu dengan senior tengil itu membuatku tidak lagi ingin menghindar.

🥀

Semua mahasiswa baru memang selalu bersikap payah. Itulah yang selalu senior katakan. Alasan mereka berucap demikian, hanya karena mahasiswa baru selalu kupu-kupu, alias kuliah pulang-kuliah pulang. Proses ini akan terjadi kurang lebih satu semester, walaupun ada beberapa yang akan tetap kukuh dengan pendiriannya sampai wisuda menghampiri.

Lihat selengkapnya