~Saat ini Raka sedang bekerja, tapi kejadian yang lalu membuatku trauma. Hadir para lelaki memang tergolong tiba-tiba; termasuk Bang Depo juga Raka~
🥀🥀🥀
“Terus kau setuju aja gitu!?” Gema tidak habis pikir dengan segala curhatanku tentang Raka. Sekarang kakinya melangkah seolah ia setrika yang sedang bekerja. Lalu ia berhenti dan menatapku dengan gawat. “Kau harus suruh Raka putusin pacarnya!” Aku mendongak agar Gema mengulangi kalimatnya, aku masih berharap salah tangkap.
“Untuk apa?” Aku coba mencari tahu maksud yang terselubung.
“Astaga Nest! Goblok kok masih dipelihara sih? Raka itu egois, kau disuruhnya jauhin Bang Depo, tapi dia masih pacaran sama cewek lain. Emang kau punya alibi yang kuat buat jauhin Bang Depo?” Gema membuat bahuku terguncang, seolah aku sedang tidak sadar.
“Enggak.” Perkataannya jadi sulit kucerna karena pusingnya kepala, jadi kujawab sekenanya.
“Terserah kaulah Nest, mau buat penawaran dengan Raka atau jauhin Bang Depo dengan alibi yang belum ada!” Sekarang gadis yang rambutnya habis di blow itu, duduk dengan posisi tangan yang menopang dahi; seolah ia yang sedang tertiban kesulitan.
“Bunuh diri kayaknya bagus deh. Huhft,” candaku pada Gema yang sudah tak habis pikir.
“Apa ada yang mengatakan bunuh diri?” Si mungil pun muncul entah dari mana.
Siska datang dengan rombongan camilan memenuhi tangan. Badannya memang tergolong mungil, tapi porsi makannya membeludak. Dia tergolong perempuan yang patut dicemburui. Asupannya bergunung-gunung, tapi berat badannya tidak membubung.