Putih Yang Menyamar Hitam

Senna Simbolon
Chapter #21

Cinta Tidak Harus Mengikuti Semua Maunya

~Untuk segala sesuatu ada masanya. Ada waktu tertawa, ada waktu menangis; ada waktu membunuh, ada waktu menyembuhkan; ada waktu mencari, ada waktu untuk membiarkan pergi; ada waktu memeluk, ada waktu untuk menahan diri~

🥀🥀🥀

Seperti yang pernah aku katakan, matahari hanya hidup sendiri. Bulan dan bintang membiarkannya kesepian. Mereka tidak pernah mengirim pesan untuk sekedar menyapa maupun bertanya basa-basi tentang keadaan matahari. Apakah ia lelah menyinari bumi? Apakah ia membutuhkan teman untuk sekedar berbagi lelah?

“Apa sih rahasia matahari, kok mampu bertahan walau sendiri? Saking kagumnya, aku pengen kayak dia,” ungkapku dengan bangga.

“Matahari dan bulan tidak pernah sendirian. Bintang selalu ada di siang maupun malam. Namun, kalau siang bintangnya enggak kelihatan karena cahaya matahari lebih mendominan,” jelas Bibi dengan nada khasnya yang lembut. Sudah belasan tahun aku tinggal bersamanya, tapi tak pernah kulihat ia marah. “Semesta tidak bersifat individual. Semua diciptakan untuk saling menemani dan melengkapi. Jika malam tiba, matahari akan mengalah untuk menyembunyikan sinar sebab ia tahu bahwa sudah waktunya bulan dan bintang yang berperan. Jadi….” Bibi mencolek hidungku pelan.

“Jadi, bintang tidak pernah beranjak dari tempatnya. Benarkan?” Kulanjutkan kalimat Bibi yang menggugah rasa. Senyum manis pun dibuat sebagai balas.

“Nest, kau harus segera bertemu dengan dia,” ungkap Bibi secara tiba-tiba.

“Aku takut tidak bisa Bi, bagaimana kalau aku kehabisan waktu? Bagaimana kalau perempuan tua itu terlanjur tiada?” Aku bangkit dari rebah di pahanya.

“Aroma makam juga punya kekuatan untuk menjawab rindu, tapi Bibi sangat yakin kalian masih sempat bertemu. Tuhan tidak sejahat yang kau kira,” ujarnya dengan tegas, seolah dia bisa membaca pikiranku tentang sang Pencipta.

“Kuharap begitu,” lirihku merasa malu.

Lihat selengkapnya