~Orang yang selalu menghindar pasti punya rahasia yang tidak ingin diumbar~
🥀🥀🥀
Plakkk…
“MAMAH STOP!!” Aku berlari menarik Mamah yang terlihat beringas membantai mangsa.
Apa yang sedang terjadi kali ini? Kenapa Mamah bisa sampai di rumah Bibi? Siapa perempuan yang sedang menjadi akar keributan ini? Tatapan yang seolah pasrah, membawa tangisnya pecah tanpa berbuat apa-apa. Bahkan tamparan kasar tadi tidak membuat pita suara bekerja. Untuk menyaksikan inikah aku di sini?
“Biar Nest, biar dia rasain sakit hati Mamah!!” semburnya menyala-nyala. “Aku kecewa Melani! Untuk apa kau bawa perempuan itu ke sini? UNTUK APA…!?” teriak Mamah pada Bibi, sambil terus berusaha meraih perempuan yang tadi ditampar.
Mamah mulai ngos-ngosan setelah pertengkaran itu kuhentikan. Napas pun tersenggal, mata melotot serasa ingin keluar. Sudah seberapa jauh pertikaian ini terjadi? Mengapa Mamah bertingkah sangat sadis?
“Aku hanya ingin Nesta tidak menderita lagi.” Perbedaan volume suara Bibi, sangat kontras dengan Mamah. Bahkan jawaban Bibi sangat lembut dan penuh peyakinan agar terjadi perubahan pandangan. Tangannya terus berusaha melindungi perempuan itu dari kegilaan yang sulit diberi jeda.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” Mata bergantian meminta jawaban dari mereka bertiga. Namun, tatapan Mamah pangling dari rasa penasaranku.
“Ayo kita pulang, Nest!” Bukannya menjelaskan, malah menarik lengan dengan paksa. Aku yakin, ada yang sedang disembunyikan. Orang yang selalu menghindar pasti punya rahasia yang tidak ingin diumbar.
“Nggak mau, Nesta mau di sini!” Setelah lengan terlepas dengan hentakan, kuelus kulit yang sedikit memerah. Semua hal yang dipaksa akan selalu meninggalkan luka. Parahnya jejak juga ikut membekas. Aku akan terus menghujam tuduhan agar segera mendapat kejujuran.
Kulirik ekpresi perempuan yang ketakutan, ia terus berlindung pada punggung Bibi yang sebenarnya tidak tangguh. Dalam tangis tanpa suara, perempuan itu terus memandangiku. Seperti ingin menyentuh, tapi tak mampu. Ia menanti saat yang tepat untuk bisa mendekat.