Pada kisah kelahiran dan kematian jiwa selanjutnya, dua jiwa pasangan pembawa garis nyawa Sang Cahaya Suci dan Penjaga Agung itu terlahir di jaman kerajaan kuno.
Sang pembawa garis nyawa Cahaya Suci terlahir sebagai putri mahkota sedangkan sang pembawa garis nyawa Penjaga Agung terlahir sebagai prajurit istana.
Karena sang prajurit istana ini tanpa ia sadari ia memegang garis nyawa Penjaga Agung maka dia memiliki ketahanan tubuh dan mental serta ketangkasan untuk melawan dengan begitu unggul dan berbakat daripada prajurit lainnya, sehingga ia sejak muda telah diutus untuk menjaga tuan putri pewaris takhta kerajaan.
Mereka terbiasa bersama bertahun tahun lamanya, hal itu membuat mereka saling jatuh cinta. Sang putri mahkota adalah gadis yang begitu ceria, lugu, bijaksana dan teguh pendirian.
Ia menunjukkan dengan lembut dan penuh keceriaan betapa ia mencintai prajurit istana yang gagah perkasa.
Prajurit istana itupun juga menyatakan cintanya pada sang Putri mahkota tapi ia berkata bahwa ia harus selalu menjaga sikap dan sepertinya tidak bisa melakukan banyak karena ia sangat terikat oleh tata krama kerajaan.
Hubungan mereka pun terjalin indah dengan sentuhan cinta cinta kecil yang tulus, suci dan penuh perhatian mendalam yang tetap terjaga dalam tatanan kesopanan.
Keindahan cinta mereka itu mulai diketahui oleh keluarga besar istana, mereka berdua mulai ketakutan akan cinta mereka yang ditolak oleh keadaan.
Tapi ternyata keluarga besar menyetujui saja kisah cinta mereka berdua karena sang prajurit juga merupakan pemimpin perang yang masih muda, gagah, mumpuni dalam keahlian perang jarak jauh dan jarak dekat yang cukup berbakat dan tidak ada yang bisa mengalahkannya. Sang prajurit kebanggaan itupun telah membawakan beberapa kemenangan dalam perang besar mewakili istana.
Mereka pun bisa bernafas lega dan begitu bahagia, kebahagiaan mereka sampai menumbuhkan bunga bunga indah dan terciptanya panen raya yang membuat istana menjadi berjaya.
Namun sayangnya keindahan itu tidak bisa berselang lama, ketika sang prajurit hendak melamar putri mahkota secara resmi sesuai tatanan kerajaan, tiba tiba ada pangeran lain dari istana seberang yang begitu kuat secara ekonomi dan kekokohan kekuatan perangnya mengajukan lamaran pernikahan dengan maksud menyatukan kekuatan besar mereka dengan kerajaan putri mahkota yang penuh sumber daya alam.
Hal ini pun terlihat sebagai potensi kemajuan dan kemakmuran yang jauh lebih besar dari yang prajurit kebanggaan bisa berikan.
Raja dan Ratu pun kembali gelisah dan mulai merayu tuan putri mahkota untuk menerima lamaran sang pangeran dari istana seberang saja, dan belajar melepaskan cintanya kepada Sang Prajurit kebanggaan.
Tuan putri mahkota begitu kecewa bahkan ia sempat memutuskan untuk mengajak sang prajurit kebanggaan untuk melarikan diri saja dari istana.
Namun karena tingginya kehormatan dan tatanan sosial yang dipegang oleh sang Prajurit kebanggaan itu, prajurit itupun menenangkan Sang Putri Mahkota dan memilih untuk meyakinkan dengan baik baik kedua orang tuanya saja tanpa melakukan pemberontakan.
Tuan Putri pun mengiyakan arahan dari kekasihnya itu. Mereka berdua pun tetap dalam istana.
Namun tanpa diduga, pangeran seberang itu tidak hanya hendak melamar dan menyatukan kekuatan dengan bekerja sama dengan Istana tuan Putri saja, tapi dia juga memiliki maksud licik untuk mengambil alih seluruh tanah dan memperluas wilayah kerajaannya dan meruntuhkan Istana tuan putri.
Ia pun tahu kisah cinta indah antara tuan Putri Mahkota dan Prajurit kebanggaan Istana.
Maka karena tidak ingin ambisinya terganggu dan mendapatkan penolakan dari Tuan Putri, ia pun mengirim seorang wanita berparas lembut dan terlihat baik untuk menyamar sebagai wanita yang ketakutan tak tau jalan pulang di tengah gelapnya malam.
Wanita suruhan itu mengetuk pintu rumah sang prajurit kebanggaan ini lalu berpura pura ketakutan sekali dan memohon menginap dalam rumahnya.
Karena Sang Prajurit itu memang terlalu berwelas asih kepada para wanita dan orang tua serta anak anak, ia pun mengiyakan untuk wanita itu menginap di dalam rumahnya.
Sang Prajurit kebanggaan itupun memilih untuk berjaga di teras saja untuk memastikan tidak ada orang jahat yang hendak mencari dan menculik wanita yang terlihat ketakutan dan baru saja masuk ke dalam rumahnya itu.
...
Ketika masuk ke dalam rumah prajurit kebanggaan, wanita suruhan itu pun langsung berganti dengan pakaian sutra tipis dan tanpa balutan kain lagi di dalamnya, ia sengaja membuat dirinya setengah telanjang dengan membuat rambutnya penuh acak acakan sesuai dengan perintah Pangeran Seberang.
Tanpa disangka ternyata pangeran seberang memang berniat membuat skenario fitnah besar untuk menyerang prajurit kebanggaan, ia menyebarkan isu melalui orang suruhan yang lainnya, mengatakan pada para anggota istana bahwa prajurit kebanggaan menyimpan seorang perempuan di dalam kamarnya.
Warga kerajaan pun berbondong bondong pergi ke rumah prajurit kebanggaan Istana itu, Tuan Putri pun turut diajak ikut.
Sesampai para warga beserta tuan putri serta Raja dan Ratu hadir berbondong bondong di depan rumah prajurit itu, prajurit kebanggaan itupun begitu terkejut dengan tuduhan yang terjadi, ia pun menjelaskan bahwa ia hanya menolong wanita tapi para warga kerajaan tidak ada yang peduli.
Tuan Putri pun terlihat gemetar dan menahan tangis.
Sang Raja pun memerintahkan untuk Prajurit itu membuka pintu rumahnya dan memperkenalkan wanita itu baik baik kepada warga jika memang dia hanyalah wanita yang ketakutan seperti apa yang Sang Prajurit katakan.
Sang Prajurit pun dengan tangan gemetar karena tak kuasa melihat Tuan Putri kekasihnya itu merasakan kekecewaan yang mendalam padanya.