Putri Cahaya Suci dan Penjaga Agungnya.

Dinda Kusuma Ati
Chapter #6

Kelahiran dan Kematian Kelima

Alkisah dalam kelahiran dan kematian kelima, posisi berganti, garis nyawa Sang Penjaga Agung memilih jiwa seorang putra tunggal pewaris takhta kerajaan sedangkan garis nyawa Sang Cahaya Suci memilih gadis desa biasa.

Sang Putra Mahkota adalah sosok yang bijaksana, cerdas, piawai dalam ilmu pedang dan bela diri, memiliki perhitungan yang mapan dan juga sangat tertata segala sikapnya.

Sedangkan Gadis Desa itu adalah gadis yang jujur, manis, suka menyapa orang orang, ceria, teguh pendirian dan pemberani serta lugas.

Suatu ketika Sang Putra Mahkota sedang menyamar dan pergi ke desa tanpa pengawalan karena hendak memantau keadaan para rakyatnya.

Ia mencatat semua data kekurangan dan segala permasalahan yang ada dan sedang terjadi pada masyarakat, apa saja yang perlu dibenahi, apa saja yang sudah bagus dan perlu dijaga apa saja yang dibutuhkan oleh rakyatnya, semuanya ia catat di buku harian rahasianya.

Ayahnya adalah seorang Raja yang sedang menjabat, ia bijaksana dan juga sama cerdasnya namun sedikit bertangan besi dan tidak mau kebijakannya diintervensi atau dicampuri bahkan oleh anaknya sendiri karena itulah Sang Pangeran Putra Mahkota itu hanya bisa merangkum dan mengamati semuanya sembari membuat proyeksi proyeksi kebijakan yang akan ia benahin ketika ia menggantikan ayahandanya.

Namun setelah asik mencatat semuanya dan ia hendak berjalan kembali ke istana, ia melihat seorang gadis manis yang sedang memeluk seorang anak kecil yang tangannya lebam membiru sambil terisak kecil.

Gadis itu terlihat sedang beradu mulut dan memberi tahu orang tua anak tersebut bahwa anak mereka tidak seharusnya diperlakukan semena mena seperti itu.

"Anak ini adalah milik Tuhan yang dititipkan padamu, bukan milikmu ! Kau seharusnya sadar dan tidak melewati batasan sampai melukainya begini ! " tegas gadis itu.

Ucapannya yang menancap kuat, tegas dan tidak terbantahkan itu membuat Sang Putra Mahkota bangga.

Dan tanpa ia sadari, ia mengamati semuanya, bagaimana kelembutan gadis itu memberikan pelukan yang nyaman dan halus kepada anak kecil yang tidak berdosa dan bagaimana gadis itu menjadi kuat , tangguh dan hebat membela nilai dan menyadarkan orang lain agar berjalan dengan benar.

"Dia gadis yang indah sekali, aku berharap ia nanti menjadi permaisuriku, kita akan memimpin negeri ini dengan kombinasi kecerdasan , welas asihku dan diselimuti juga dengan kelembutan serta ketegasanmu. Rakyat kita akan bahagia dan juga maju. Kita pun juga akan sama sampainya pada puncak kebahagiaan itu."

Setelah bergumam dan mengucap harapan suci itu dalam hatinya sembari melihat bahwa orang tua sang anak tersadar lalu akhirnya meminta maaf kepada Sang Gadis dan anaknya. Sang Putra Mahkota pun kembali ke Istana dengan senyum dan hati yang berdebar.

...

Mulai saat itulah setiap hari Sang Putra Mahkota berkeliling untuk mencatat, mengamati rakyatnya sembari memantau gadis yang ia cintai.

Sampai pada akhirnya mereka bisa saling mengenal dan akhirnya sama sama jatuh cinta. Tapi sang gadis masih belum tahu bahwa kekasihnya itu adalah Putra Mahkota.

...

Lihat selengkapnya