Putri Cantik

Nasyafaav
Chapter #2

Pertama

Langit hitam dengan rintik-rintik air itu membasahi anak perempuan yang sedang berjalan di tengah jalan dengan memegang sepatu birunya yang sangat cantik itu. Pikiran yang kosong dan mata yang hanya menatap jalan tanpa memperdulikan lingkungan sekitarnya membuat mobil hitam dengan cahaya putih terus-menerus klakson berharap perempuan itu sadar—namun sangat disayangkan, rem pada mobil tersebut blong.

DRAK—

Mobil hitam itu semakin tidak terkendali. Tidak terlihat anak perempuan yang mengenakan pakaian berwarna putih setelah mobil hitam menabraknya dari belakang. Wanita tua yang menyaksikan kejadian tersebut pun teriak, “ASTAGFIRULLAH! TOLONG!”

Seluruh warga yang berada di tempat tersebut pun berlari-lari untuk membantu namun warga tidak menemukan anak perempuan yang ditabrak oleh mobil hitam itu.

Warga hanya menolong anak perempuan yang berada di sisi kiri depan mobil yang dimana perempuan tersebut memegang pintu mobil. Setelah menolong anak perempuan itu, mobil tersebut meledak dan membawa seluruh dokumen penting untuk mengetahui identitas anak perempuan tersebut—termasuk keluarganya yang terjebak di dalam mobil.

Tidak hampir 20 menit, polisi dan ambulans pun datang—membawa anak perempuan tersebut.

***

Sesampai di rumah sakit, seluruh perawat membawa anak perempuan tersebut ke IGD. 

Dokter bernama Alisha Kanaya Lisjougar, berumur 25 tahun dan sudah memiliki suami dan anak, serta lulusan S2 Pendidikan Kedokteran di Universitas Neldi Maj itu menangani operasi pada perempuan yang mengalami kecelakan tersebut.

Diagnosis yang dokter Alisha analisis, bahwa anak perempuan tersebut mengalami gegar otak ringan karena terjadinya benturan cukup keras pada kepala anak perempuan itu. 

***

Sudah hampir 5 hari, perempuan tersebut tidak juga siuman. Alat ventilator tetap berada pada hidung anak perempuan tersebut.

“Kasihan ya anak perempuan itu, keluarganya sudah tidak ada. Bagaimana nanti jika dia sadar, apakah dia akan sedih?” ucap dokter Alisha yang terus menatap perempuan itu.

“Dokter bicara dengan siapa?”

Seketika dokter Alisha mengusap mata yang dirintisi air. “Dokter nangis?” lanjut perawat.

Lihat selengkapnya