Putri Cempaka

JWT Kingdom
Chapter #1

1. Penolakan

"Engkau menolakku, Kakanda?"

Getir hati Sekar Wening di hadapan Lelaki Mayapadhi. Tak disangka bakal mendapatkan penolakan dari lelaki yang jelas-jelas selama ini menanti dirinya selama tujuh tahun.

Shiji Wungsu. Lelaki dengan tahta Mahapatih Jawata. Dia melangkah, membelakangi Sekar Wening yang terus mengekor di belakangnya. Sampai kemana lelaki itu berhenti, ia terus mengikuti. Busana serba putih dan rambut panjang menebar aroma wangi yang khas. Sehingga Sekar Wening mengendus di belakangnya.

Akhirnya, di satu ruangan Istana Rakit Praja, Shiji Wungsu berhenti. Satu meja besar dengan tatanan percontohan kapal induk yang sedang digarap di ruangan utama, menyita perhatian Shiji Wungsu.

"Kakanda Shiji ...," sebut Sekar Wening persis di belakang lelaki itu sibuk kedua tangannya menata bilah-bilah kayu untuk material miniatur kapal.

"Aku sedang sangat sibuk," hanya itu yang terucap dari bibir Shiji Wungsu tanpa menoleh. Sekar Wening tertunduk.

Bercampur aduk semua rasa di benak Sekar Wening disambut jawaban Shiji Wungsu, "Kita akan bicarakan hal ini lain kali saja," datar tanpa ekspresi.

"Apakah engkau menyimpan dendam padaku, Kakanda?" lirih ucap Sekar Wening. Shiji Wungsu masih tak berbalik arah. Suara kayu-kayu bertemu, disusun rapi semakin melengkapi miniatur kapal seukuran tinggi atap rumah.

"Bukan seperti dugaanmu. Kembalilah ke Istana Putri. Sekarang, aku sedang tidak ingin membicarakan hal ini," begitu kata Shiji Wungsu.

"Aku menyukaimu, Tuan Shiji," satu kalimat Sekar Wening, berubah cara panggilan terhadap Shiji Wungsu. Semula 'Kakanda', berganti dengan sebutan 'Tuan'.

"Aku menyukaimu," sekali lagi Sekar Wening mengatakannya. Ruangan luas terdengar hening, kecuali suara bilah-bilah kayu bertemu.

Kalimat sakti dari bibir Sekar Wening, mendebarkan relung hati Shiji Wungsu. Semua orang-orang di dalam ruangan menahan senyum tersipu di balik raut muka kemerahan. Tidak ada seorang pun yang tidak mendengarnya.

Shiji Wungsu sedikit berdehem. Mencairkan suasana sembari memperhatikan sekitar ruangan. Beberapa orang praja ahli merakit miniatur kapal, sedang sibuk masing-masing dalam pekerjaan. Mereka bukannya tidak mendengarkan percakapan antara Tuan mereka dengan Sekar Wening. Mereka hanya berpura-pura tidak mendengar.

Shiji Wungsu menyembunyikan raut muka merona dengan cara membelakangi Sekar Wening. Agak sungkan sebenarnya. Tetapi kehadiran Sekar Wening tak dapat dihindari. Wanita itu akhirnya berbalik arah, menjauhi Shiji Wungsu dan meninggalkan ruangan dan keluar pintu Istana Rakit. Diam-diam Shiji Wungsu melirik ke arah perginya Sekar Wening. Ada rasa menyesal dan bersalah bersamaan wanita itu pergi.

Bukankah, Mahapatih Shiji Wungsu sangat mengharapkan wanita itu. Sekar Wening. Sejak 7 tahun lalu. Apakah sudah ada wanita lain yang mengalihkan cintanya?

Banyak desas desus tak terungkap jelas, selama itu di istana. Semua mulut tertutup rapat. Seolah tak menampakkan apapun. Tetapi dari raut muka orang-orang kebanyakan, bertanya-tanya. Apa gerangan kisah asmara antara Putri Cempaka Sekar Wening dan Mahapatih Shiji Wungsu, orang paling disegani di negeri Jawata, tentunya setelah sosok Yang Mulia Paduka Raja.

Belum selesai rasa bersalah beradu laga di benak Shiji Wungsu, tiba-tiba Sekar Wening sudah berada di ruang itu lagi. Kali ini Shiji Wungsu hendak berbalik badan, tentu mengarah padanya. Mata bertemu mata.

"Aku ... melihat Sallava," berbinar dan senyum ayu Sekar Wening tak dapat mengalihkan perhatian Shiji Wungsu. Nama itu, Sallava, disebutnya. Menggetarkan hati kedua orang itu. Tidak banyak yang tahu siapa Sallava. Hampir mitos, sangat sedikit meyakini keberadaan Sang Manusia masa depan. Siapa yang paling tahu saat ini, hanya Shiji Wungsu dan Sekar Wening.

"Sallava ...," Sekar Wening menyebut nama itu lagi.

Lihat selengkapnya