Langit yang tadinya gelap, kini berubah menjadi terang karena matahari sudah mengantikan posisi bulan untuk memancarkan sinarnya di langit dan bumi. Terdengar suara nyanyian burung yang berlalu lalang di atas langit sambil bernyanyi dengan riangnya sebagai tanda bahwa hari yang cerah akan dimulai. Derap langkah kecil terdengar di sekitar halaman kerajaan Brawijaya dan suara derap langkah kecil itu terdengar mengarah ke ruangan pengobatan.
“IBU.....” jeritan seorang anak kecil berusia 11 tahun berlari kearah ibunya sambil membawa dua sisir pisang emas di tangannya.
“Estiana..!! sudah berapa kali ibu bilang kan..!! jangan berlarian di ruangan pengobatan. Kalau sampai ada guci yang berisikan obatnya pecah bagaimana?”
“maaf bu.. estiana cuman mau bawakan ibu sarapan.. soalnya dari kemarin ibu tidak kembali sih.. estiana kan khawatir kalau ibu sakit, kalau ibu sakit tidak akan ada yang menyanyikan lagu tidur untuk estiana dan kak artha lagi” kata anak itu sambil menyodorkan dua sisir pisang. Karena tingkah lucunya tersebut akhirnya Naeswari tidak bisa marah.
“Estiana..” panggil nenek rumi masuk keruangan pengobatan, aku mengikuti nenek rumi masuk ke ruangan pengobatan itu juga.
“tuhkan nek benar dugaan artha kalau estiana pasti mengangu ibu lagi..” jelas ku
“ye.. estiana kan cuman mengantarkan sarapan untuk ibu aja..” ejek estiana pada ku
“Estiana !! apa itu sikap dari seorang putri kerajaan !! jaga sikapmu itu!!” bentak nenek rumi dan estiana terdiam setelah mendengar perkataan nenek rumi.
Kemudian aku pun berjalan mendekat ke arah estiana dan ibu naeswari.
“kamu hanya membawakan ibu pisang sebagai sarapan ibu..?” tanyaku
“mau bagaimana lagi.. di kamarku hanya ada pisang emas” jawab estiana
“bagaimana kalau kita sarapan bersama saja..? kebetulan endaru baru saja memberikan ku sarapan yang enak dari istana utama loh.. bagaimana ibu mau kan?” ajak ku pada ibu.
“ya ampun artha!! Itu tidak sopan namanya.. mengambil makanan dari istana utama di tambah kamu hanya memanggil putra mahkota dengan sebutan endaru saja!!” marah nenek rumi
“ nenek terlalu cerewet.. toh yang mulia raja saja tidak keberatan kok..” jawab ku ketus
“artha.. estiana kalian tidak boleh seperti itu.. panggil putra mahkota sesuai dengan kedudukannya, jangan membantah kata nenek.. apa yang di katakan nenek rumi itu semuanya benar”
“kamu si Naeswari terlalu lembut pada artha dan estianti.. begini jadinya”
“jadi bagaimana bu? Ibu mau kan sarapan bersamaku dan estiana? Mau ya bu?” bujuk ku pada ibu naeswari tanpa menghiraukan omeelan nenek rumi.
“ayolah bu..” bujuk estiana juga
“baiklah-baiklah.. ibu selesaikan pekerjaan ibu dulu, kalian tunggu ibu di tempat paviliun kita saja” jelas ibuku melanjutkan pekerjaannya.
“yeayy ayo kak..” kata estiana dan langsung berlari menuju paviliun.
“haduh.. bagaimana darah tinggi ku tidak naik terus kalau melihat tingkah anak itu..” keluh nenek rumi
“nenek juga belum sarapan kan? Bagaimana kalau kita sarapan bersama juga..?” tanyaku
“boleh-boleh saja.. tapi nenek bantu ibu mu dulu ya, kamu tolong awasi estiana dulu soalnya kalau dengamu dia selalu menurut”
“baiklah aku akan susul estiana..” kataku dan aku pun berjalan keluar ke ruangan pengobatan.