Setelah perjamuan makan malam di ruang makan kerajaan, ibu naeswari menarik ku dan buru-buru pulang ke paviliun kami. Sesampainya di paviliun, ibu melempar ku ke kamar ku mengunci kamarku dan meninggalkan estiana di luar kamar yang saat itu sedang menangis. Ibu naeswari melucuti semua pakaian ku serta mengecek setiap senti dari tubuhku.
“i.. ibu apa yang ibu lakukan” tangis ku pecah, namun ibu naeswari tidak peduli. Setelah melucuti semua pakaian ku, ibu melihat ke seluruh tubuh ku.
“syukurlah ” kata ibu naeswari menangis dan memelukku erat
“ibu sangat takut kamu terjerat lingkaran ilmu hitam” lanjut ibu naeswari sambil menangis, aku pun membalas pelukan ibu naeswari. Aku merasakan ada kehangatan seorang ibu di pelukannya. Jujur ini pertama kali aku merasakan kehangatan seorang ibu, mengingat sejak kecil ibuku sudah meninggal dunia akibat kecelakaan. Aku hanya hidup bersama dengan ayah ku, dan adik laki-laki ku.
Hah... Bagaimana kabar mereka disana ya? Apa mereka makan dengan baik selama aku tidak ada disisi mereka?. Aku iri pada arthawidya yang mendapat banyak hal disini. Andai aku terlahir seperti arthawidya, aku pasti akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia.
“maaf kan ibu ya nak, kali ini ibu akan membantumu memakai pakaian tidur mu” kata ibu naeswari sambil menghapus air mataku. Aku pun tersenyum dan mengagukkan kepalaku. Ibu langsung membantu ku berganti pakaian.
Sebenarnya ada hal yang ingin aku tanyakan pada ibu naeswari, tapi aku merasa hal itu tidak boleh ku tanyakan. Namun, entah mengapa aku sangat penasaran dan rasa penasaran ku pun mulai memuncak.
“ibu..”
“iya putri ku..”
“apa aku boleh bertanya sesuatu.. ? ”
“tentu saja, apa yang mau kamu tanyakan sayang”
“i.. itu”
“Hm..?”
“nama belakang..”
“apa..? ibu tidak mendengar mu?”
“apa nama belakang ku..?” tutur ku pada ibu naeswari dan membuat ibu naeswari terkejut
“bukankah setiap putra putri bangsawan memiliki nama belakang yang berkaitan dengan nama ayah mereka?” lanjut ku sambil menatap lekat ibu naeswari.
“wi..widya nama mu kan arthawidya, sudah jelas kan kalau nama belakang mu widya” jawab ibu naeswari gugup
“huh.. Begitu ya” gumamku
“bu.. kalau tidak salah estiana tadi masi menangis di depan kan”
“Oh iya”
“sebaiknya ibu keluar dan cobalah untuk menenangkan nya, soal rambut biar artha sendiri yang menyisirnya” kata ku dan mendorong ibu naeswari keluar kamarku.
“ka.. kamu yakin?”