Putri Elek

ciciaulfa
Chapter #6

Festival Part 2

Apa ini..? Perasaan apa yang sedang aku rasakan saat ini? Kenapa susana disini sangat mencekam?. Aku takut, disini sangat gelap dan aku hanya dapat melihat cahaya di jendela yang terbuka lebar. Tunggu, aku melihat seseorang yang mirip dengan endaru sedang berdiri di dekat jendela itu. Tapi apa benar dia endaru?, kenapa sosoknya jauh terlihat lebih dewasa dari sebelumnya?. Dan Apa yang sedang di lakukan oleh bocah itu?.

“endaru..” panggil ku dan berjalan mendekat padanya.

“maaf kan aku artha..” kata endaru padaku. aku pun berhenti berjalan mendekat padanya.

“maaf ?.. maaf untuk apa?” tanyaku padanya

“ aku tidak bisa pergi ke festival itu denganmu.. tapi..” kata-kata endaru terhenti dan aku menunggunya untuk meneruskan kata-katanya.

“ tapi aku juga tidak bisa membiarkan kamu pergi ke festival terkutuk itu sendiri..” endaru pun menutup jendala itu dan hendak mengunci jendela, aku langsung berlari untuk mencegah endaru menutup jendela itu. Namun, endaru berhasil mengunci jendala itu dan menahanku di ruangan yang gelap dan menakutkan

“apa kamu tahu artha,festival itu ada bertepatan dengan hari ulang tahunku dan juga hari kematian ibuku.. bagi ku festival itu hanyalah sebuah kutukan”

“tapi kamu jangan takut, kita akan merayakan festival itu disini, di tempat yang gelap ini, sambil merenungi hari dimana ibuku mati”

“jadi artha, temani aku disini..”

“aku mencintaimu...”

“sangat mencintaimu..”

“hm.. aku akan menemanimu..”

“aku juga sangat mencintaimu endaru..”

“apapun akan kulakukan agar aku bisa bersamamu..”

“terimakasih artha.. kamu adalah tunanganku yang paling berharga..”

PRANGG....

Mendadak tubuhku bergetar tanpa sebab, hingga cangkir yang ku pegang terlepas dan pecah. aku merasakan hawa dingin di sekujur tubuhku disertai rasa sakit dikepalaku. Darah pun mengalir dari hidungku.

“ putri artha..” aku mendengar suara Resyakila memanggilku dengan nada terkejut. Lalu siji langsung menggendongku tanpa memerdulikan keluarga kerajaan yang melihatnya di ruang makan kerajaan. Siji keluar mengendongku dan berlari ke arah ruangan pengobatan di ikuti oleh resyakila dari belakang.

“ Si...Siji..”

“bertahanlah putri..”

Aku pun menutup mataku untuk mengurangi rasa sakit di kepalaku. Tanpa aku sadari aku jatuh pingsan dan tersadar setelah ibu naeswari mengobatiku.

“ naeswari, artha sudah sadar..” kata nenek rumi sambil memegang keningku.

Lihat selengkapnya