Putri Eng Kian Sang Permaisuri

Oleh: widyarini

Blurb

Aku menatapnya tak percaya. Apakah itu teh yang aku kirim kemarin? Tak mungkin teh itu beracun, aku meminumnya setiap hari.

""Ruping ditangkap Prajurit Bhayangkara dan Mirah belum kembali dari pagi setelah pergi ke paviliun Dinda Nareswari,"" jelasku.

Lasmi menatapku dengan wajah gusar, ""Apakah Gusti Permaisuri mengirimkan sesuatu ke Gusti Nareswari?"" tanyanya.

Aku mengangguk,""Sebelumnya dia mengirimkan kain dan herbal kepadaku lalu aku segera membalasnya dengan mengirimkan teh herbal serta gingseng kering. Ruping yang kuminta mengantarnya,"" jawabku.

""Gusti Permaisuri Anda dalam bahaya,"" gumam Lasmi. Kedua bibirnya gemetar.

""Apa yang kauketahui?"" tanyaku penasaran.

""Saya belum bisa menceritakan secara detail. Pasti sebentar lagi akan diadakan sidang tertutup. Gusti Permaisuri pasti akan dipanggil dan dituduh meracuni Gusti Nareswari karena cemburu buta,"" jawab Lasmi. Dia menatapku iba.

Aku menatapnya tak percaya, ""Aku tak pernah cemburu kepadanya. Bukankah sebaliknya, dia yang mengambil semua yang kupunya,"" ujarku.

Lasmi menunduk,""Kembalilah, Gusti. Tunggulah di kediaman Anda. Saya akan menyuruh dayang-dayang untuk mengantar Anda ke paviliun,"" bujuknya.

""Aku akan pergi mencari Kanda Prabu dan menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi. Aku pun meminum teh yang sama dan baik-baik saja. Bagaimana mungkin Dinda Nareswari bisa keracunan?"" tanyaku.

""Pulanglah, Gusti. Latri dan Gantri akan mengantar Anda,"" pinta Lasmi.

Tubuhku tiba-tiba terasa lunglai. Kenapa hidupku penuh dengan cobaan seperti ini? Bagaimana kondisi Ruping dan Mirah saat ini? Aku telah kehilangan semua yang kucinta di negeriku, sekarang apakah aku harus kehilangan apa yang kupunya di negeri asing ini? Kedua sudut netraku terasa basah. Aku harus kuat karena kami tidak pernah melakukan perbuatan yang dituduhkan.

Lihat selengkapnya