Putri Eng Kian Sang Permaisuri

widyarini
Chapter #5

Hadiah Terakhir

Ruping berjalan tergesa-gesa menuju paviliun. Aku sedang membaca buku sejarah Dinasti Tang ketika dia sampai di hadapanku dengan napas tersengal. Beberapa saat yang lalu aku memang menugasinya untuk mencari informasi tentang kepulangan Panglima Zhao Shen.

’’Ya-Yang Mulia Putri, sa-saya baru saja mendapat pesan dari pengawal pribadi Panglima Zhao. Mereka telah tiba dini hari tadi,’’ ujar Ruping sambil berusaha mengatur napas.

Aku tersenyum dengan hati berdebar,’’Benarkah? Apakah Panglima Zhao Shen baik-baik saja?’’

Ruping mengambil sesuatu dari balik bajunya. Dia menyerahkan lipatan kertas kecil, ’’Ini pesan dari Panglima Zhao untuk Yang Mulia Putri.’’

Dengan sigap aku mengambil kertas kecil itu dari tangan Ruping. Dadaku berdebar seiring dengan kertas yang kubuka.

Bisakah kita bertemu saat rembulan naik sepenggalan malam ini di dekat taman. Ada sesuatu yang akan kuberikan kepadamu. Semoga engkau menyukainya.

Mukaku menghangat. Apakah Panglima Zhao membawa sesuatu sebagai hadiah untukku? Dahulu saat aku kecil Ayahanda Kaisar selau membawakan hadiah kepada putra dan putrinya setiap melakukan kunjungan ke wilayah kekuasaan kekaisaran. Aku selalu mendapat yang terbaik karena selalu bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Ayahanda.

’’Ruping, pastikan area taman aman. Saat rembulan naik, aku akan menemuinya di sana. Panglima Zhao Shen akan memberikan hadiah untukku,’’ perintahku.

Ruping hanya mengangguk. Raut wajahnya cemas,’’Anda yakin semua baik-baik saja Yang Mulia. Apakah tidak berbahaya menemui Panglima Zhao di malam hari?’’

’’Panglima Zhao Shen dan pengawalnya rutin melakukan patroli keliling Istana Barat. Itu bukanlah hal yang mencurigakan. Aku yakin dia cukup pintar untuk mengatur agar semuanya aman.’’

Setelah selesai membersihkan diri, aku mematuk diri di depan cermin. Ruping membantuku memilihkan baju terbaik yang kupunya. Saat ulang tahunku tahun lalu, Ibu Suri mengirim kain sutra berwarna merah muda yang cantik. Aku tahu itu adalah salah satu kain sutra terbaik yang dimiliki istana. Warna yang dihasilkan merupakan teknik terbaru dengan memanfaatkan warna alami bunga. Kain itu sekarang telah berubah menjadi baju yang serasi dengan warna kulitku.

’’Yang Mulia sungguh cantik. Saya kira bunga di taman pun malu untuk mekar,’’ puji Ruping. Dia menata rambutku dan menyematkan sirkam yang serasi dengan baju yang kukenakan. Aku mengenakan anting berjuntai dengan warna serupa.

’’Dampingi aku nanti agar tak tampak mencurigakan. Pertemuan ini akan tampak wajar seperti kejadian tak sengaja berpapasan dengan pengawal yang sedang melakukan patroli rutin,’’ ucapku sambil mengelus rambutku yang sebagian terurai.

Lihat selengkapnya