Zhao Shen ditugaskan memimpin pengawal khusus Istana Barat untuk sementara waktu. Ini adalah awal kariernya di lingkungan istana. Sebelumnya di saat masa menempuh Pendidikan Kemiliteran, dia ditugaskan di perbatasan dan memperoleh prestasi yang gemilang. Yang Mulia Kaisar telah mengangkatnya menjadi panglima muda sebagai hadiah atas keberhasilan setiap tugasnya. Kesempatan yang diimpikan banyak perwira adalah bisa bertugas di istana di mana para putri kaisar tinggal.
Istana Barat adalah tempat para putri permaisuri tinggal. Siapa yang tidak ingin berjodoh dengan salah satunya. Sayangnya itu bukan yang diinginkan Zhao Shen. Selama delapan tahun ini, hatinya dipenuhi oleh gadis kecil dengan jepit kupu-kupu yang menghiasi rambutnya. Gadis kecil yang kedua pipinya bersemu merah dan memiliki suara yang begitu lembut.
Selama delapan tahun ini Zhao Shen berusaha mencari keberadaannya. Akhirnya penantiannya tak sia-sia. Gadis kecil itu telah tumbuh menjadi putri yang cantik. Ia yakin gadis itu adalah salah satu puteri kaisar.
Zhao Shen mendengar Yang Mulia Permaisuri juga memiliki tiga putri. Dua di antaranya pernah dia jumpai saat pertama kali mengikuti ujian perwira kekaisaran. Itu juga karena kedua temannya mengenal mereka.
’’Putri yang tertua bernama Eng Lian sedangkan satunya Putri Eng Li. Aku dengar ada satu putri lagi yang merupakan putri kandung permaisuri tetapi dia jarang terlihat,’’ bisik Qianyu.
’’Putri Eng Lian cantik dan anggun berbeda dengan adiknya yang biasa saja. Aku yakin putri yang tak pernah terlihat itu mungkin terlalu malu karena wajahnya lebih biasa lagi dari Putri Eng Li,’’ timpal Wen Liong sambil menahan tawa.
’’Mulutmu harimaumu. Berhati-hatilah membicarakan para putri permaisuri. Ingatlah bahkan dinding pun mempunyai telinga,’’ ujar Zhao Shen sambil meletakkan jari di atas bibirnya.
***
Setelah menyandang gelar Panglima Muda, Zhao Shen mendapat ruangan khusus di paviliun penjaga Istana Barat. Setiap hari saat melakukan patroli dia memeriksa dengan seksama apakah putri yang dia cari tinggal di Istana Barat. Sampai suatu ketika saat sedang memeriksa kesiapan para pengawal, dari arah paviliun barat tampak seorang gadis muda yang mengenakan pakaian putri berjalan dengan di dampingi gadis yang sebaya tetapi dengan pakaian dayang. Zhao Shen memandang tanpa berkedip.
’’Beliau adalah Yang Mulia Putri Eng Kian, Panglima. Putri kedua Yang Mulia Kaisar. Paviliunnya ada di sisi Barat,’’ jelas salah satu pengawal.
’’Apakah ada peta istana? Ini hari kedua aku bekerja. Tolong siapkan apa yang kuminta,’’ pinta Zaho Shen.
’’Baik, Tuang Panglima,’’ jawab pengawal yang sama.
Setelah peta yang diminta disiapkan, Zhao Shen segera mempelajari denah Istana Barat. Setiap paviliun telah diberi keterangan siapa saja yang tinggal. Benar saja paviliun paling barat ditinggali oleh Putri Eng Kian.
’’Putri Eng Kian apakah dia putri kedua dari Yang Mulia Permaisuri?’’ tanya Zhao Shen.
’’Tebakan Anda benar, Tuan Panglima. Di Istana Barat ada tiga paviliun milik putri-putri Yang Mulia Permaisuri. Sedangkan paviliun yang lain milik putri para selir,’’ jawab pengawal.