Gubernur di perbatasan timur, Guo Lam menyambut kedatangan pasukan khusus yang dipimpin oleh Panglima Zhao Shen. Perbatasan Timur Negeri Tiongkok adalah daerah pesisir yang ditinggali oleh nelayan. Suku Munyong yang hidup di lautan seringkali mengganggu para nelayan dengan merampas hasil melaut. Lambat laun mereka semakin berani masuk ke daratan dan merampok rumah-rumah penduduk. Gubernur Guo Lam kekurangan pasukan karena sebagian dikirim ke Perbatasan Utara untuk membantu pasukan kaisar menghalau Bangsa Mongol.
’’Panglima Zhao, saya senang sekali akhirnya pasukan bantuan dari Yang Mulia Kaisar sampai juga di sini. Kami sungguh kerepotan menghalau Suku Munyong. Mereka adalah bajak laut yang berpengalaman dalam perang,’’ ujar Gubernur Guo Lam. Lelaki paruh baya yang sudah puluhan tahun menjadi pejabat di perbatasan timur itu menatap dengan ramah.
’’Kami akan membantu Tuan Gubernur menghalau Suku Munyong agar tak lagi berani mendarat di pesisir. Anda bisa memberikan laporan secara terperinci mengenai kondisi saat ini. Mata-mata sudah kami kirimkan. Sambil menunggu kita bisa melakukan rapat untuk menyusun strategi untuk melawan musuh,’’ balas Zhao Shen.
’’Anda dan pasukan bisa istirahat dahulu. Jamuan telah kami siapkan. Rapat bisa dilakukan malam nanti,’’ ujar Gubernur Guo Lam.
’’Terima kasih, Tuan Gubernur,’’ kata Zhao Shen sambil memberi hormat.
’’Anda masih sangat muda tetapi sudah dipercaya Yang Mulia Kaisar untuk memimpin pasukan besar. Sampaikan salam saya untuk Jenderal Zhao. Lama kami tidak berjumpa sejak melawan pasukan dari Negeri Mongol lima belas tahun yang lalu.’’
Zhao Shen hanya mengangguk sambil menyunggingkan senyum. Begitu berat menyandang posisi sebagai putra dari Jenderal Zhao. Satu-satunya jalan agar tak lagi dihubung-hubungkan dengan nama besar ayahnya adalah dengan menunjukkan prestasi. Dia ingin dikenal sebagai Panglima Muda Zhao Shen dan bukannya putra dari Jenderal Zhao.
Mata-mata yang dikirim Zhao Shen telah tiba petang hari. Dia melaporkan posisi dari kapal-kapal Suku Munyong yang bersembunyi di balik tebing-tebing pesisir pantai. Catatan lengkap berisi perkiraan jumlah pasukan, jenis senjata, dan persediaan makanan Suku Munyong telah berada di tangan Zhao Shen.
’’Kita harus pancing mereka turun dari kapal dan berperang di daratan. Suku pelaut adalah ahli bertarung di lautan tetapi tidak di daratan. Menggunakan kelemahan musuh untuk menaklukannya adalah pilihan yang tepat saat ini. Kita harus menghindari jatuhnya banyak korban,’’ kata Zhao Shen membuka percakapan.
Gubernur Guo Lam tersenyum mendengar usul dari Zhao Shen,’’Anda benar Tuan Panglima. Sayangnya di daratan ada banyak warga kita yang tinggal. Kita pancing Suku Munyong menjauh dari permukiman. Saya tak ingin warga yang tak bersalah menjadi korban keganasan mereka,’’ ujarnya.
Zhao Shen manggut-manggut, ’’Saya paham maksud Anda, Tuan Gubernur. Dari peta satu-satunya jalan adalah memancing mereka ke pesisir timur laut. Kita akan membagi pasukan menjadi beberapa unit. Saya akan memberikan gambarannya kepada Anda. Sebelum lusa kita harus bergerak sebelum mereka mencium rencana ini.’’
Suku Munyong suka berpesta di atas kapal hingga dini hari lalu tertidur karena kelelahan. Belasan kapal mereka akan lengang menjelang fajar.