Zhao Shen dan pasukannya tiba dini hari di Ibukota Shuntian*. Zhao Shen sendiri tak mau ada penyambutan atas keberhasilannya menjalankan tugas negara. Dia hanya ingin istirahat dan melepas lelah setelah perjalanan jauh. Dia memilih kembali ke kediaman Sang Ayah setelah pembubaran pasukan dilakukan.
Tusuk konde hadiah untuk Putri Eng Kian telah tersimpan rapi dalam kotak kayu khusus yang dibuat oleh Luo Chen. Sebuah surat diselipkan di bawah tusuk konde. Baru kali ini dia mengungkapkan perasaannya kepada seorang gadis. Zhao Shen membaca ulang tulisan tangannya untuk Putri Eng Kian.
Musim semi telah menyapa hatiku ketika melihat senyummu
Akan tiba saatnya nanti kita bisa bersama
Melihat kuncup teratai bermekaran
Zhao Shen juga menulis pesan yang akan dititipkan kepada Han Wen untuk diberikan kepada Ruping. Dia harus bertemu dengan pujaan hatinya segera. Rindunya tak bisa ditahan lebih lama lagi.
Bisakah kita bertemu saat rembulan naik sepenggalan malam ini di dekat taman. Ada sesuatu yang akan kuberikan kepadamu. Semoga engkau menyukainya.
Zhao Shen sadar bahwa dia telah lancang memanggil Sang Putri untuk menemuinya. Hadiah itu harus segera disampaikan. Dia berharap Putri Eng Kian menyukai tusuk konde yang dipesan khusus untuknya. Guo Niu memiliki selera yang bagus, desain yang dia gambarkan ternyata menjadi lebih indah dari bayangannya. Tusuk konde yang diukir Bunga Bakung yang meliuk-liuk sepanjang jengkal tangannya. Pada bagian kepala terdapat rangkaian bebatuan membentuk kelopak teratai yang mekar. Tusuk konde itu menjuntai panjang dengan sebuah kristal di ujungnya. Kristal yang apabila terkena cahaya akan mengeluarkan kilau warna-warni. Zhao Shen tersenyum membayangkan betapa indahnya tusuk konde itu di gelungan rambut Putri Eng Kian.
Han Wen masuk ke dalam ruang kerja Panglima Zhao Shen dengan wajah merasa bersalah,’’Maafkan saya, Panglima Zhao. Surat yang Anda titipkan telah diketahui oleh Putri Eng Li. Namun, jangan khawatir, dia tak mengetahui bahwa surat itu dari Anda untuk Putri Eng Kian.’’
Zhao Shen hanya menghela napas mendengar cerita dari Han Wen. Dia harus lebih berhati-hati lagi. Putri Eng Li belum mengetahui bahwa dia tak memiliki perasaan apa-apa kepadanya. Begitu pula dengan putri dari Selir Xia. Entah bagaimana caranya agar hati mereka tak terluka bila kenyataan ini disampaikan. Demi Putri Eng Kian tentunya harus segera ia tegaskan.
’’Titipkan surat ini ke Ruping. Usahakan tak tampak mencurigakan. Lakukan saat patroli pagi ke paviliun barat,’’ perintah Zhao Shen.
Han Wen mengangguk tanda mengerti. Disimpannya surat itu dengan hati-hati. Ketika dia berjalan meninggalkan paviliun penjaga tak sengaja berpapasan dengan Ruping. Dayang itu tampak sama terkejutnya.
’’Apa yang kau lakukan di sini, Nona?’’ tanya Han Wen.
’’Apakah Tuan Panglima telah kembali?’’ Ruping malah balik bertanya.
’’Sudah dini hari tadi. Sekarang Panglima Zhao sedang istirahat,’’ jawab Han Wen.