Putri Eng Kian Sang Permaisuri

widyarini
Chapter #13

Perpisahan Terpedih

Akhirnya aku mengingat senyum itu. Senyum yang sama yang dimiliki oleh Panglima Zhao Shen dan anak lelaki yang membantuku menemukan jepit rambut delapan tahun yang lalu. Mereka adalah orang yang sama. Tuhan telah mempertemukan kami sejak kecil dan kini kami saling jatuh cinta. Bukankah ini takdir yang indah? Namun, kenapa jodoh kami hanya sampai di sini saja?

Yihua membuyarkan lamunanku. Dia melaporkan bahwa Panglima Zhao Shen menungguku di luar. Segera aku bergegas menemuinya. Tak kupedulikan wajahku yang sembab karena menangis memikirkan apa yang telah terjadi. Aku sungguh merindukannya.

Panglima Zhao Shen berdiri di hadapanku dengan tatapan cemas. Senyumnya yang lembut membuatku merasa aman. Ingin rasanya aku menghambur dalam pelukannya dan menangis di sana. Namun, aku tahu ini terlarang terlebih setelah kabar resminya aku terpilih sebagai Putri Duta kekaisaran yang akan dikirim ke Kerajaan Majapahit.

’’Katakan padaku apa yang telah terjadi, Yang Mulia Putri?’’ tanya Panglima Zhao Shen dengan tatapan penuh makna. Aku tahu dia sama rindunya denganku.

’’Kakak A Shen….,’’ panggilku lirih. Bulir-bulir air mata menetes tanpa mampu kucegah.

Panglima Zhao Shen terkejut. Dia menatapku tak percaya,’’Kian Kian….’’

Aku mengangguk,’’Aku mengingatmu, Kak. Jepit rambut kupu-kupu itu bahkan masih kusimpan hingga sekarang.’’ Senyumku mengembang.

’’Aku akan membantumu mencari Ruping. Katakan padaku kemana dia pergi sebelum menghilang?’’ tanya Panglima Zhao Shen.

’’Aku memintanya untuk mengantarkan surat kepadamu. Sejak itu dia tak tampak lagi. Aku begitu khawatir,’’ jawabku.

’’Siapa yang sekiranya membuatmu curiga?’’

’’Yihua bilang Putri Eng Li datang ke paviliunku saat kita bertemu malam itu. Dia begitu menyukaimu bahkan berkirim surat juga.’’

’’Aku tak membalasnya agar dia tak salah paham. Hatiku hanya ada dirimu, Kian Kian.’’

Aku terisak. Sedih rasanya bila orang yang kaucintai dan juga mencintaimu akan dipisahkan oleh suratan takdir,’’Maafkan aku, Kak. Seandainya aku bisa menolak titah Ayahanda tentu kulakukan segera. Namun apalah dayaku.’’

’’Aku mengerti. Ini bukan salahmu. Putri, aku harus segera kembali untuk bertemu mata-mata yang kukirim. Tenanglah Kian Kian, Ruping pasti akan kutemukan.’’

’’Bagaimana dengan kita?’’tanyaku pilu.

Panglima Zhao Shen terdiam lalu membalikkan badan,’’ Aku akan berusaha memperjuangkanmu,’’ ujarnya sambil berlalu. Namun, nada bicaranya terdengar nyaris putus asa. Hanya keajaiban yang bisa merubah keputusan Ayahanda Kaisar. Ya, hanya itu harapan satu-satunya.

Lihat selengkapnya