Maret 1, 0007 Tahun Fajar Memori (FM)...
Mentari pagi menyingsing di Lembah Mawar. Embun pagi masih melekat di kelompak-kelopak mawar, angin sepoi-sepoi berhembus membawa aroma wangi mawar... masuk ke jendela kamar dan mengoyangkan tirai putih.
Di atas tempat tidur, seorang gadis kecil berambut perak yang berkilau bagai benang cahaya bulan masih tertidur lelap. Napasnya lembut, wajahnya yang mungil menyembunyikan fakta bahwa ia bukan gadis biasa.
"Caelan, sayang. Bangun, sudah pagi," terdengar suara lembut namun tegas dari seorang wanita yang duduk di tepi tempat tidur.
Kelopak mata birunya perlahan terbuka. Gadis kecil itu menggosok matanya, lalu tersenyum ketika melihat wajah ibunya.
“Selamat pagi, Bu…” katanya lembut, menggeliat seperti anak kucing.
"Cepat ganti baju, lalu gosok gigi. Sarapan sudah siap."
“Bu… bantu Caelan berpakaian,” rengeknya sambil meregangkan lengannya.

Wanita itu menarik napas sejenak, lalu tersenyum lembut.
"Aku tak bisa berbuat apa-apa jika aku harus membantumu dengan segala hal," katanya, sambil mencubit lembut pipi putrinya yang lembut dan hangat seperti mochi.
...
Beberapa saat kemudian, Marry membawa gaun kecil di pundaknya sambil mengendong putrinya berjalan ke kamar mandi. Ia menurunkan putrinya ke lantai basah dengan hati-hati. Ia menganti pakaian putri kecilnya dengan gaun polos berwarna merah muda. Ia menempatkan piyama putrinya ke keranjang pakaian bekas. Lalu ia mengambil sikat gigi dan mengoleskan pasta gigi ke bulu sikat yang halus dan lembut. Ia mengelus-gelus rambut putrinya, dia tersenyum dan berkata:
“Sayang, ambil sikat gigi ini! Gosok gigimu dengan benar.” kata Marry dengan lembut.
“Oke, Mom. Caelan akan menyikat gigiku.” kata Caelan dengan ceria sambil mengangkat sikat giginya di udara.
Caelan kecil menyikat giginya dengan energik. Tangan mungilnya bergerak maju-mundur, ke kiri ke kanan, menyikat sela-sela giginya. Marry memperhatikan putri kecilnya dan sesekali memberikan instruksi tentang cara menyikat gigi yang benar.
Ketika Caelan asyik menyikat giginya, Marry dengan sabar menyisir rambut perak putrinya dengan sisir perak. Sehelai… dua helai… setiap helai rambut membawa cinta.
“Rambut perak Caelan sangat mirip denganku.” pikir Marry. Tapi berbeda. Mata Caelan lebih murni, lebih polos… tak ada lagi luka masa lalu.
Beberapa saat kemudian rambut Caelan sudah tertata rapi. Cahaya pagi masuk ke sela-sela ventilasi, menyinari rambut perak. Rambut perak itu berkilau bagai kilauan bintang-bintang di langit malam. Marry tersenyum puas melihat rambut putrinya.
Caelan berkumur-kumur… dan meludah ke kloset. Marry mengusap mulut putrinya dengan handuk putih sampai kering.
"Sudah selesai. Ayo makan." kata Marry dengan lembut.
Mama dan putri kecilnya itu pun bergandengan tangan meninggalkan kamar mandi… menuju ke ruang makan dimana hidangan hangat sudah menanti mereka.
...
Meja makan sederhana yang terbuat dari kayu bunga tua menanti mereka, dengan piring-piring berisi bubur sayuran, roti panggang, susu hangat, dan madu dari hutan kecil di belakang lembah.