Putri Mawar Darah Hanya Ingin Hidup Damai Bersama Putri Kecilnya

Eldoria
Chapter #3

Vol 1 Bab 3: Caelan Kecil Tidak Mau Tumbuh Dewasa

Pagi Lembab di Lembah Mawar...

Hujan turun di Lembah Mawar. Langit kelabu menutupi hamparan ladang mawar, dan aroma tanah basah bercampur harum mawar memenuhi udara. Di dalam rumah sederhana di ruangan tamu, di depan perapian menghangatkan ruangan.

Namun hangatnya perapian tidak menyentuh hati seorang gadis kecil. Caelan duduk bersila di lantai sambil memandangi tetesan air di luar jendela.

Saat ini Caelan tengah memikirkan ucapan Nenek Dora kemarin sore saat Mama berbincang dengan Nenek Dora di pasar.

"Nyonya Marry, putri Anda sangat imut. Saya ingin sekali punya cucu perempuan seperti Caelan."

Nenek Dora menutup mulutnya dengan kedua tangannya yang keriput, dia terpesona melihat keimutan Caelan kecil yang sedang memakan apel merah seperti tupai.

"Caelan, putri kecilku memang imut sekali. Aku harap, Caelan selalu tumbuh sehat," ujar Marry sambil menyibak helai rambut perak dari wajah putrinya.

"Kalau Caelan besar nanti, dia akan menjadi gadis yang cantik sekali. Bagaimana kalau Caelan berteman dengan cucu laki-lakiku?"

"Cucu laki-lakiku bocah yang baik. Dia suka membantu mencari kayu bakar di hutan. Bocah itu rajin. Aku yakin dia bisa diandalkan nanti," goda Nenek Dora.

Marry mengernyit. Ia tidak ingin putrinya dijodohkan dengan cucu laki-laki itu.

Namun, Marry tidak mengubah ekspresinya. Ia tahu putri kecilnya membutuhkan teman sebaya. Ia dengan enggan bertanya kepada putri kecilnya.

"Caelan sayang, maukah kamu berteman dengan cucu laki-laki Nenek Dora?" Tanyanya lembut.

Mata birunya memancarkan kelembutan seorang ibu sekaligus menyiratkan kesepian yang mendalam. Khawatir putrinya tidak punya teman sebaya sekaligus khawatir putrinya akan meninggalkannya.

Caelan menggelengkan kepalanya tanpa ragu.

"Caelan cuma mau main sama Mama," katanya sambil memeluk Mama dengan erat.

Melihat keimutan putrinya, Marry menghela napas lega. Ia menatap dirinya di mata bulat putrinya

"Aku tak bisa berbuat apa-apa, Sayang. Caelan memang putri Mama."

Melihat interaksi hangat antara ibu dan putri kecilnya, Nenek Dora tersenyum. Dia ikut senang.

"Caelan memang putri Mama." Nenek Dora mengusap dagunya sambil memandang Caelan sesaat.

Lalu Nenek Dora mendesah dan menatap Marry.

“Nyonya Marry, putri Anda sungguh manis. Kamu sungguh diberkati dengan anak semanis ini.”

Marry menoleh ke arah Caelan sejenak. Lalu ia menatap Nenek Dora.

"Caelan memang putriku," pujinya.

"Tapi Nyonya Marry... Caelan tidak bisa selalu menjadi anak kecilmu, bukan? Suatu hari nanti, anak itu akan tumbuh dewasa, bersekolah, hidup mandiri, menikah, lalu berpisah dari ibunya.”

Nenek Dora menatap Marry sejenak. Lalu dia menatap ke langit.

“Tidak ada orang tua yang rela anaknya meninggalkan orang tuanya. Namun sebagai ibu dari dua putra dan dua putri, saya pernah mengalaminya."

Nenek Dora mengeluh tentang betapa beratnya membesarkan anak.

Mendengar keluhannya, Marry tak mau ambil pusing. Ia hanya tersenyum tipis.

"Aku tahu. Saat ini aku hanya ingin hidup bersama Caelan."

Marry menarik Caelan ke dalam pelukannya dengan erat seakan tidak membiarkan dunia merebut kehangatan kecil ini.

...

Kembali ke Masa Kini...

Lihat selengkapnya