Putri Mawar Darah Hanya Ingin Hidup Damai Bersama Putri Kecilnya

Eldoria
Chapter #5

Vol 1 Bab 5: Pedagang Budak dan Bayangan Algojo Berdarah

Pedagang Budak

Kabut malam menggantung tebal di antara batang-batang pohon hutan lembah. Angin sepoi-sepoi membawa aroma darah di antara kegelapan hutan, terdengar teriakan rintih dan menyayat hati.

“A-aah… tolong… tolong…”

Jeritan lemah itu datang dari seorang anak laki-laki kecil, Thomas, tubuhnya kotor, pakaiannya robek, dan pergelangan tangannya terikat tali kasar. Ia berbaring di tanah lembab. Tubuh kecilnya penuh memar. Darah mengalir dari pelipisnya.

"Diam, dasar brengsek," bentak seorang pria jangkung bertubuh besar dengan suara kasar seperti kerikil yang bergesekan. Dia menendang perut Thomas dengan sepatu hitamnya.

"Berteriaklah sekeras-kerasnya, dasar brengsek!” Dia kembali menendang bocah malang itu, “ Tak ada orang akan menolongmu."

Thomas menggeliat dan menangis, tetapi rintihannya hanya ditanggapi oleh tawa dingin pria kasar itu.

“Nenek… tolong aku… hiks… hiks

Bocah itu menangis sambil menahan rasa sakit di perutnya.

"Menangislah! Lebih keras. Haha…" gerutu pria itu.

Api unggun menyala di tengah tanah lapang di antara rimbunnya pepohonan. Apinya terasa hangat tapi bukan untuk bocah itu.

Api hangat bagi seorang pria gemuk berwajah berminyak yang duduk di depan perapian. Ia duduk bersandar di peti kayu berisi rantai dan karung tua.

Ia menoleh ke pria kasar itu sambil menyeringai dan meludah ke tanah.

"Oi, Bragg... sudah cukup. Jangan rusak ‘barangnya’, atau harga jualnya akan turun," kata pria gemuk itu dengan nada malas namun sinis.

"Garel… dia cuma bocah nakal. Siapa yang mau beli anak kurus kayak gini?!" Kata Bragg dengan nada main-main.

"Dasar bodoh! Selalu ada pasar untuk pekerja budak," cibir Garel.

"Tapi kita butuh barang bagus. Gadis-gadis muda. Atau... wanita cantik... hmm." Matanya menyipit penuh nafsu.

"Terutama yang berkulit bersih dan berdada montok." Bragg terkekeh serak. "Kalau ada yang seperti itu, aku akan ‘mencicipinya’ dulu sebelum menjualnya. Hehe…"

"Dasar binatang! Ingatlah, kita masih di wilayah kerajaan Rose. Ini bukan wilayah kerajaan Wealth yang melegalkan perbudakan.” Garel mendengus kesal.

”Semenjak pangeran Elvyn El Rose menjabat. Perdagangan budak dilarang di sini. Kita terpaksa menjual ‘barang-barang’ ke kerajaan Wealth dengan harga yang lebih rendah,” kata Garel dengan frustasi. “Para penimbun emas itu terlalu serakah. Mereka benar-benar pilah-pilih ‘barang-barang hidup’.”

“Sial! Pangeran pirang itu sangat menyebalkan. Andai kita bisa kembali lagi tujuh tahun lalu. Kita bisa bebas mencari barang bagus di sini dan menjualnya di kerajaan Rose dengan harga tinggi,” keluh Bragg.

Garel memandang Bragg dengan sinis.

“Kau benar, Bragg! Kita melewatkan kesempatan emas tujuh tahun lalu, tapi kita harus berhati-hati! Kita harus mencari desa yang tidak tidak dijaga para kesatria."

Bragg menoleh ke Garel. Dia memberikan saran yang beracun.

"Kenapa kita menculik gadis-gadis itu… diam-diam dan satu per satu?!” Mata hitamnya berbinar. “Tak akan ada yang menyadari mereka hilang, kan?!"

Garel memandang Bragg dengan sinis.

“Menangkap mereka?! Kau gila? Bagaimana jika para kesatria datang?”

“Tidak! Para kesatria itu tidak ada di desa itu. Aku sudah mengamati desa itu berhari-hari… dan tidak menemukan satu pun penjaga,” katanya dengan optimis.

"Aku berharap kita bisa menculik para gadis di desa itu.” Bibir Bragg melengkung. ”Aku bahkan melihat seorang gadis kecil berambut perak yang sangat imut.”

Mata hitamnya seperti predator yang telah menemukan mangsa.

“Dan ibunya, seorang wanita berambut perak yang seksi yangmmh… Hehe… "

Bragg menjilat bibirnya. Lidahnya terjulur keluar dari mulut kotornya. Air liurnya menetes-netes ke tanah seperti anjing liar.

Garel meludah ke perapian.

“Jangan terlalu bersemangat, Bragg. Kita akan menemukan waktu yang tepat. Haha… ”

Mereka tertawa bodoh. Mereka terus berbicara liar, cabul, kotor dan najis, membiarkan imajinasi liar menguasai mereka. Tapi mereka tak tahu malam itu… bukan milik mereka. Bayangan penghakiman sedang mendekat.

...

Lihat selengkapnya