Putri Mawar Darah Hanya Ingin Hidup Damai Bersama Putri Kecilnya

Eldoria
Chapter #6

Vol 1 Bab 6: Algojo Darah Dikira Pahlawan Bayangan

Keheningan menguasai hutan setelah kematian kedua pedagang budak itu.

Namun, darah dan daging yang berceceran belum menghilang.

Marry berdiri di tengah ladang pembantaian. Jubahnya berkibar lembut tertiup angin malam. Cahaya bulan terpantul di mata birunya yang redup—tanpa penyesalan, namun tidak bahagia.

Dia mengangkat satu tangan ke udara, membentuk segel pemanggilan berdarah.

“...Makanlah sampai kenyang. Pasti sudah lama sekali kau tidak mencicipi darah, kan?”

Sihir darah membelah tanah.

Dari celah-celah tanah, akar merah menjulur keluar—berdenyut seperti urat raksasa. Akar-akar itu melingkar, melilit, lalu terbuka seperti kelopak mawar berduri.

Sulur Mawar Darah

Monster ciptaannya sendiri yang sudah dikenal—makhluk yang terbuat dari darah dan akar ajaib. Mawar mekar di ujungnya, berbisik dalam bahasa kelaparan.

Akar-akar itu bergerak, menyeret potongan-potongan daging Bragg dan Garel. Dalam bisikan lembut, mereka mengunyah. Suara tulang retak, darah terserap, daging menghilang.

Tidak ada rasa jijik. Tidak ada rasa kasihan.

Marry menundukkan kepalanya dengan tenang, membiarkan hewan peliharaannya membersihkan semua jejak.

Hingga tidak ada tulang yang tersisa.

Begitu semuanya bersih, dia menyentuh tanah. "Kembali."

Sulur Mawar Darah mundur. Tanah tertutup. Bunga terakhir layu.

Hutan kembali sunyi.

Bangun, Si Kecil...

Marry berbalik dan mendekati tubuh mungil Thomas yang tergeletak di rerumputan, tubuhnya penuh memar. Wajah bocah itu pucat, napasnya lambat.

Dia mengeluarkan sebotol kecil cairan ungu keperakan dari kantongnya. Ramuan alkimia tingkat lanjut—campuran regeneratif dan penenang.

Marry membuka mulut Thomas perlahan, meneteskan cairan itu.

Beberapa detik berlalu.

Bocah itu menggeliat. Kelopak matanya berkedip lemah... lalu perlahan terbuka.

"... Ugh... di mana aku...?"

Marry menarik tudung jubahnya sedikit lebih dalam, menyembunyikan wajahnya. Suaranya ringan dan lembut.

“Kau aman sekarang.”

Thomas mendongak, menatap sosok gadis berjubah di depannya. Matanya terbelalak. “Siapa… kau?”

“Tidak masalah. Aku hanya kebetulan lewat.”

“Para… pedagang budak itu?” Thomas gemetar. “Apa yang terjadi? Mereka… mereka—”

“Mereka telah dikalahkan dan melarikan diri dalam ketakutan,” jawab Marry singkat. “Kau tidak perlu takut lagi.”

Thomas duduk tegak, menyentuh tubuhnya. Luka-lukanya telah hilang. Hanya pakaiannya yang compang-camping yang tersisa sebagai saksi. Dia menatap Marry dengan kagum.

“…Apakah kau yang menyelamatkanku?”

Lihat selengkapnya