Putri Mawar Darah Hanya Ingin Hidup Damai Bersama Putri Kecilnya

Eldoria
Chapter #7

Vol 1 Bab 7: Caelan Membuat Kue Bersama Mama

Pagi yang Tenang...

Cahaya hangat perlahan mengintip melalui jendela rumah sederhana, menerangi tirai tipis yang bergoyang lembut terkena angin sepoi pagi. Di bawah tirai pagi, seorang gadis kecil berambut perak terlihat sedang tidur di ranjang empuk sambil memeluk boneka kelinci. Senyum manis terlukis di wajah mungilnya, mengambarkan tinta polos yang belum dinodai dunia.

Dalam kehangatan yang nyaris senyap, langkah kaki ringan merayap masuk ke kamar tidur mungil yang dihiasi aroma mawar.

"Caelan... Sayang, bangun! Sudah pagi." Bisik Marry El Rose, ibu satu anak, dengan lembut, membelai rambut perak putri kecilnya.

Caelan menggeliat manja, perlahan membuka mata birunya. "Mama?"

"Ayo, bangun! Sikat gigi dulu, sarapan sudah siap," kata Marry lembut.

Tangan mungilnya mengosok matanya yang masih setengah tertutup. Caelan El Rose mengangguk, dan seperti biasa, mengangkat tangannya untuk minta digendong.

Marry terkekeh, menuruti permintaan putri kecilnya. Karena tentu saja, Caelan adalah putri Mama.

....

Setelah mereka membersihkan diri dan berganti pakaian, Marry mengendong Caelan ke ruang makan. Ia memangku putri kecilnya di kursi kayu. Di depannya, sarapan sudah tersaji di meja kayu. Menu sarapannya sederhana tetapi hangat: sup jamur, roti panggang, dan susu.

Marry menyuapi putri kecilnya dengan sup jamur hangat.

“Buka mulutmu, Sayang.”

Caelan kecil membuka mulut mungilnya dan memakan sup jamur kesukaannya.

“Enak, Mom. Suapi Caelan lagi!” Mintanya manja.

Marry tersenyum dan terus menyuapi putri kecilnya sambil sesekali memakan sup jamur.

Marry berhenti sejenak. Ia memandang wajah putrinya yang masih sibuk mengunyah sup.

“Jadi, apa yang ingin kamu lakukan hari ini, Sayang?”

Caelan masih mengunyah sup sampai pipinya membulat seperti tupai, sampai pipinya berlumuran sup. Marry menyeka pipinya lembut dengan serbet putih.

“Aku ingin membuat kue bersama Mama!” Jawab Caelan riang.

"Oh? Kenapa kamu mau bikin kue, Sayang?" Tanya Marry, agak terkejut tapi penasaran.

Caelan menelan supnya dan menoleh ke wajah Mamanya.

"Kemarin Nenek Dora sedih. Kalau makan kue yang manis, hatinya bisa senang, kan? Caelan ingin Nenek Dora kembali senang lagi." Katanya polos.

Marry terdiam. Mata birunya berkaca-kaca. Hatinya menghangat. Ia memeluk putri kecilnya.

“Kau benar-benar malaikat kecilku” Katanya sambil mengelus kepala putrinya. "Kalau begitu… ayo kita buat kue bersama, Sayang."

Caelan langsung bersorak sambil mengangkat kedua tangannya.

"Yaaaay! Mama memang yang terbaik!"

...

Beberapa saat kemudian… ibu dan putri kecilnya itu menyelesaikan sarapan. Mereka berdua berjalan ke dapur.

Marry dan Caelan memakai celemek putih. Pasangan ibu dan putri kecilnya itu terlihat serasi.

Marry mengambil tepung dari lemari penyimpanan dan memasukan tepung ke dalam mangkuk. Ia menaruh wabah itu di atas meja dapur.

Saat ia sedang mengukur tepung, putri kecilnya, Caelan, diam-diam mengambil sedikit tepung dari mangkuk lalu...

"Puff!"

Bubuk putih terlempar ke wajah Mamanya.

"Hyaaa! Serangan tepung Caelan!" Teriak putrinya sambil tertawa terbahak-bahak.

Marry terdiam sejenak, lalu dia tersenyum sambil menatap putri kecilnya.

"Oh, jadi ini perang, ya?"

"Puff!"

Bubuk halus mengenai wajah mungil putri kecilnya.

“Haha…”

Ibu dan putri kecil itu tertawa bersama sambil memegang perut mereka.

Mereka bermain-main dengan tepung sampai wajah dan rambut mereka dihiasi warna putih seperti badut sirkus. Dan seketika, dapur berubah menjadi medang perang putih.

Setelah tertawa sepuasnya, mereka kembali fokus membuat adonan.

Caelan duduk dengan serius untuk membentuk kue-kue itu menjadi berbagai bentuk: kelinci, beruang, kucing, dan bahkan satu bentuk yang dia klaim sebagai Mama berambut panjang, meskipun bentuknya seperti donat penyok.

Lihat selengkapnya