Putri Mawar Darah Hanya Ingin Hidup Damai Bersama Putri Kecilnya

Eldoria
Chapter #10

Vol 1 Bab 10: Clara, Mawar, dan Perasaan yang Terlupakan

Perjalanan Menuju Lembah Mawar…

Matahari masih bersembunyi di celah-celah bukit. Embun pagi menempel di kelompak-kelopak mawar yang tumbuh liar di pinggir jalan berbatu. Kabut tipis turun menyelimuti jalan setapak menuju Lembah Mawar.

"Tak… tak… tak…"

"Duk… duk… duk…"

Suara rombongan kuda perlahan menuruni jalan berbatu. Di depan rombongan kuda, seorang wanita cantik mengenakan seragam penyidik hitam dibalut mantel cokelat panjang dan topi bundar. Detektif Clara duduk dengan tenang di atas kudanya.

Rambut ungunya yang diikat ekor kuda bergoyang lembut tertiup sepoi-sepoi angin lembah. Wajahnya tenang namun tetap waspada. Mata hijaunya terus-menerus mengamati sekeliling lembah.

Burung-burung kenari berkicau di dedahanan pohon. Embun menari-nari di kelopak-kelopak mawar liar. Udara yang dingin menusuk ke pori-pori kulit.

Clara menghela nafas, “Lembah ini… terlalu damai,” gumamnya pelan.

Clara berhenti di tengah jalan berbatu. Dia menoleh ke belakang.

Para ksatria elit berjubah putih dan emas mengendarai kuda putih. Mereka mengikuti Clara, berjaga dalam diam dan menghormati Clara sebagai detektif kerajaan yang sering memecahkan kasus sulit sendirian.

“Kita sudah sampai di Lembah Mawar. Dari sini… penyelidikan buronan dimulai.”

“Sekarang waktunya bekerja!” intruksi Clara singkat dan jelas.

Dia dan rombongannya pun melanjutkan perjalanan hingga mereka sampai di gapura desa.

...

Clara memasuki gapura desa. Kuda putihnya melangkah dengan pelan dan mantap

Mata hijuanya terus mengamati kondisi sekitar desa… hingga sesuatu yang menarik perhatian Clara dan membuat kudanya melambat.

Di pinggir jalan… mawar-mawar merah bermekaran. Mawar itu seperti bukan mawar biasa. Kelopak mawar itu berwarna merah pekat… seperti warna darah.

Clara menyipitkan matanya… angin pagi berhembus menerbangkan kelopak-kelopak mawar merah dan salah satu kelopak mawar itu mengenai wajah putih Clara seolah-olah mawar-mawar itu menyambut kehadirannya.

Clara mencium aroma yang samar-samar. Aroma darah dan mawar yang bercampur… wangi sekaligus menusuk. Aroma ini… terasa familiar, seperti Clara pernah menciumnya.

Clara menahan napas sejenak. Kenangan samar berkelebat… gambaran mansion megah yang berlumuran darah dan mawar, dan tatapan mata biru seorang gadis yang menatap dingin ke arah mayat.

Clara memegang kepalanya. Ingatannya masih kabur… setelah insiden artefak memory tujuh tahun lalu.

Clara memejamkan mata. "Apa aku pernah mencium aroma mawar darah?"

Namun dia mengeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak… aku belum pernah menciumnnya… setidaknya dalam tujuh tahun terakhir.”

Clara menatap langit yang berawan. “Apa… apa aku melupakan sesuatu yang penting?!” bisiknya.

Angin lembah menerbangkan kelopak-kelopak mawar… dan membawa bisikan Clara yang tak terjawab. Angin berhembus menuju pasar. Dan di pasar… seorang ibu muda yang lembut dan putri kecilnya yang polos sedang berbelanja.

...

Marry sedang memilih daging sapi di kios penjual daging. Senyum hangat menghiasi wajah yang lembut ketika ia melihat putri kecilnya, Caelan, berlari kecil sambil membawa sekantong apel merah.

Angin lembah berhembus membawa kelopak-kelopak mawar dan jatuh di tangan Marry. Ia mengenggam kelopak-kelopak mawar itu dan memejamkan matanya.

Ketika kelopak mata terbuka… ia tahu bahwa sekelompok penunggang kuda putih telah memasuki desa.

Beberapa saat kemudian… sekelompok kesatria elit berbaju zirah menunggangi kuda-kuda putih memasuki desa. Di depan rombongan kuda itu, seorang wanita berambut ungu memimpin.

Caelan menunjuk ke arah rombongan kuda itu.

"Mom, siapa mereka?"

Marry terdiam sejenak… ia menatap rombongan kuda itu, lalu ia menjawab, “Sayang, mereka itu kesatria kerajaan.”

Wanita berambut ungu itu berhenti di tengah jalan pasar. Mata hijaunya mengamati sekeliling pasar.

Para warga desa berkerumun di jalan pasar. Clara menatap ke sisi jalan… mata hijaunya bertemu dengan mata biru.

Clara memarkirkan kudanya di pinggir jalan. Dia melangkah mendekati Marry yang masih membeku di sisi jalan.

Lihat selengkapnya