Malam datang tanpa suara. Langit di Lembah Mawar bertabur bintang, bersih dari awan dan angin. Udara terasa agak dingin, namun segar. Di tengah kesunyian malam desa, sesosok siluet berdiri sendirian di tepi danau kecil yang tersembunyi di balik taman mawar liar.
Clara melepas jubahnya dan duduk di atas batu besar. Di tangannya, sebuah liontin perak kecil terayun lembut di ujung rantai. Wajahnya menatap danau, tetapi pikirannya melayang jauh—terlalu jauh.
"Aku pernah ke tempat seperti ini sebelumnya... Tapi kenapa terasa begitu asing dan familiar di saat yang bersamaan?"
Suara langkah kaki berdesir datang dari semak-semak.
Clara langsung berdiri waspada, tangannya menyentuh belati di ikat pinggangnya. Namun ketika ia melihat siapa yang datang, ia membeku.
Seseorang dengan gaun tidur merah tua sederhana berdiri di sana.
Marry.
Rambut peraknya tergerai, mata birunya yang tajam menatap dengan tenang, sama sekali tidak terkejut melihat Clara.
"Aku tak menyangka akan bertemu denganmu di tempat ini," kata Marry lembut, suaranya bagai melodi malam.
"Aku juga tak menyangka kau akan keluar malam-malam," jawab Clara, menyembunyikan ketegangannya dengan nada datar.
Marry mendekat perlahan, lalu duduk di batu lain tak jauh darinya. Sesaat tak seorang pun berbicara. Hanya suara jangkrik, angin sepoi-sepoi, dan gemericik air yang menemani mereka.
—
Percakapan Antara Dua Bayangan...
"Tempat ini sunyi, terlalu sunyi untuk detektif sepertimu, ya?" kata Marry, nadanya sinis namun tetap lembut.
Clara menatapnya tajam. "Tempat sunyi bukan berarti bebas dari bayangan."
Marry tersenyum tipis. "Benar. Bayangan pun bisa menari indah di bawah cahaya bintang."
Clara terdiam sejenak, lalu bertanya dengan nada datar.
"Siapa kau sebenarnya?"
Marry tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap langit berbintang.