Putri Mawar Darah Hanya Ingin Hidup Damai Bersama Putri Kecilnya

Eldoria
Chapter #14

Vol 1 Bab 14: Kunjungan Tak Dipanggil

Tamu Tak Diundang…

Langit sore mulai berubah warna, dari jingga menjadi ungu muda, menyelimuti desa kecil Lembah Mawar dalam kedamaian yang menipu. Namun, di dalam rumahnya, Marry El Rose, udara terasa lebih berat, bukan karena bahaya, melainkan karena masa lalu yang tiba-tiba datang tanpa peringatan.

Clara, detektif nurani yang pernah ia selamatkan sepuluh tahun lalu, kini duduk dengan sopan di ruang makan.

Clara duduk di kursi kayu sambil menyilangkan kakinya. Di depannya, secangkir teh mawar perlahan menguap. Cookies panas disajikan di atas piring putih. Aroma manis gula dan harum bercampur mentega memenuhi udara ruangan.

Clara tertegun sejenak menyaksikan hidangan rumahan di depannya. Marry mempersilahkan Clara mencicipi hidangannya.

“Silahkan dinikmati! Hanya ini yang bisa aku sajikan,” katanya lembut.

Clara tersenyum lembut. “Ini lebih dari cukup.” Dia mengambil sebuah cookies dan mengigitnya. “Hmm… ini enak,” pujinya.

“Aku senang kau menikmatinya. Caelan dan aku memanggangnya bersama,” kata Marry.

Clara memakan cookies itu perlahan dengan tenang sambil sesekali meminum teh mawar. Marry hanya menatap Clara dalam diam. Keheningan memenuhi ruangan.

Hanya suara gigitan cookies yang renyah dan gemericik cangkir kaca yang terdengar di ruangan. Clara menyeka mulutnya dengan tisu putih. Lalu dia menatap Marry yang duduk dengan elagan di depannya.

"Kau... tinggal di sini bersama putrimu?" tanya Clara, memecah kesunyian.

Marry mengangguk perlahan. "Sudah tujuh tahun," jawab Marry singkat.

Suaranya datar, namun tidak ada rasa takut di dalamnya. Hanya kelelahan, ketenangan yang rapuh.

Clara terdiam sejenak. Dia menoleh bagian dalam rumah yang sederhana, namun terawat baik itu. Dinding kayu yang dipenuhi gambar-gambar buatan tangan anak kecil.

Bunga lily yang ditanam di dalam vas bunga segar di sudut ruangan. Boneka kelinci hasil rajutan tangan bersandar di kursi goyang. Ini... jelas bukan rumah algojo tiran. Ini rumah seorang ibu yang menyangi putri kecilnya.

Namun insting Clara masih berkecamuk. Dia datang bukan hanya sebagai tamu, tetapi juga sebagai seseorang yang membawa luka masa lalu… dan pertanyaan yang belum terjawab.

"Kenapa kau berhenti? Kenapa kau tidak... menegakkan keadilan seperti sebelumnya?" Tanya Clara lirih, penuh nostalgia.

Marry terdiam sejenak. Ia bersandar di kursinya dan menoleh ke arah jendela.

"Karena akhirnya aku sadar, tidak semua keadilan harus dibayar dengan darah."

...

Dari ruang tamu, Caelan – yang telah mengambar bunga mawar di kertas gambar – datang sambil membawa kertas gambar dengan coretan-coretan yang mirip bunga mawar.

Caelan menyerahkan gambar itu kepada mamanya. "Mom, gambar ini untukmu!" katanya polos.

Marry tersenyum lembut dan membelai kepala putrinya. “Terima kasih, sayang.”

Marry menerima kertas gambar itu. Mata birunya memperhatikan gambar buatan putrinya. “Ini… bunga mawar?” tanya Marry lembut.

Caelan mengangguk dengan antusias. Dia melompat ringan dengan riang.

“Iya, Mom. Caelan suka bermain di taman mawar.”

Marry menutup mulutnya dan terkekeh pelan. “Caelan memang Pputri mama,” pujinya.

Clara menatap Marry dan Caelan dengan tatapan berkaca-kaca.

Anak ini… sungguh manis,” gumamnya dalam batin.

Clara mengaktifkan skill uniknya yang jarang dia gunakan kecuali diperlukan, [Eye of Judgment]. Seketika mata hijaunya bersinar.

Dia menatap Caelan kecil... dan melihat sesuatu yang membuatnya tercengang.

Cahaya putih… cahaya yang sama seperti jiwa milik Marry sepuluh tahun lalu. Bukan hanya putih. Tapi putih terang.

Lihat selengkapnya