Hari itu berawan, tetapi tidak turun hujan. Hanya langit kelabu dan angin sepoi-sepoi yang membawa aroma samar mawar liar dari ladang di belakang desa. Clara berdiri di depan rumah kecil yang telah menjadi tempat kembalinya dalam keheningan selama tujuh hari terakhir. Ia menatap pintu kayu cokelat lembut itu sejenak, lalu menarik napas.
"Mengapa aku selalu kembali ke sini?" pikirnya.
Bukan karena sebuah tugas. Dua buronan yang ia kejar telah "menghilang"—atau lebih tepatnya, telah menjadi pupuk bagi monster mawar yang jinak namun menakutkan itu. Clara sendiri telah menyelesaikan laporannya. Tetapi ia belum pergi. Bahkan ketika semua formalitas telah selesai, hatinya... menolak untuk pulang. Hari sudah kedelapan, tetapi Clara memutuskan untuk tinggal satu hari lagi sebelum kembali ke ibu kota.
—
Marry, Seorang Ibu yang Bukan Sekadar Ibu…
Di balik tutur kata seorang ibu biasa dan senyum lembutnya saat mengelap meja, Marry el Rose menyembunyikan banyak hal. Namun, bukan kebohongan, bukan topeng murahan—melainkan kedalaman yang tak mampu dijangkau Clara.
Setiap kali Marry memberi makan Caelan, setiap kali Marry tertawa pelan saat bunga-bunga liar menjuntai di rambut peraknya, setiap kali Marry menatap kosong ke ladang sejenak—Clara menyadari sesuatu: ia tak berhadapan dengan manusia biasa.
Marry bukan sekadar mantan algojo dengan reputasi berdarah sebagai pemberontak. Bukan sekadar buronan yang menghilang dari peradaban. Namun—dan inilah yang terus-menerus dipikirkan Clara—Marry adalah manusia paling murni yang pernah ditemuinya.
Mata Penghakiman...
Clara tahu bahwa mungkin ia tak pernah bisa memercayai manusia sepenuh hati lagi sejak pertama kali ia membangkitkan kemampuan [Mata Penghakiman]-nya. Terlalu banyak kegelapan yang telah ia lihat. Terlalu banyak jiwa yang busuk, bahkan ketika mulut mereka mengucap kebaikan.
Tetapi Marry...
Putih. Lebih dari sekadar putih. Bersinar.
Jiwa Marry tak hanya bersih, ia juga menyembuhkan. Clara tidak tahu kenapa, tapi setiap kali melihat Marry memasak sambil menyenandungkan lagu lama, hatinya terasa... tenang.
“Jika dunia ini hancur, maka Marry hanyalah pecahan dari dunia yang lebih baik.”
—
Caelan dan Persahabatan yang Tak Terduga...
“Clara! Clara! Ayo main!!”