Putri Mawar Darah Hanya Ingin Hidup Damai Bersama Putri Kecilnya

Eldoria
Chapter #17

Vol 1 Bab 17: Clara Enggan Kembali ke Ibukota

Kembali ke Rumah Marry...

Matahari bersinar di ufuk Timur. Hari ini berawan, tetapi tidak turun hujan. Hanya langit kelabu dan angin sepoi-sepoi yang membawa aroma samar mawar liar dari ladang mawar di utara desa.

Clara berdiri di depan rumah kayu yang telah menjadi tempat kembalinya dalam keheningan selama tujuh hari terakhir. Dia menatap pintu kayu cokelat lembut itu sejenak, lalu menarik napas.

"Mengapa aku selalu kembali ke sini?" pikirnya.

Bukan karena sebuah tugas. Dua buronan yang ia kejar telah "menghilang". Lebih tepatnya, mereka telah menjadi pupuk bagi monster mawar yang jinak, namun menakutkan itu.

Clara telah menyelesaikan laporannya. Tetapi, dia belum mau pergi. Bahkan ketika semua formalitas telah selesai, hatinya... menolak untuk pulang.

Hari ini sudah masuk hari ke-8. Namun, Clara memutuskan untuk tinggal satu hari lagi sebelum kembali ke ibu kota.

“Tok… tok…”

Clara mengetuk pintu. Dia berdiri membisu sejenak.

Lalu, pintu berderit dan memperlihatkan wajah lembut seorang wanita bermata biru langit. Marry berdiri di muka pintu. Dia masih mengenakan piyama putih polos.

“Kau belum kembali ke ibukota, Nona Detektif?”

Clara tersenyum tipis sambil memegang belakang kepalanya.

“Aku belum mengucapkan selamat tinggal. Bolehkah aku tinggal di sini sehari lagi?” tanya Clara sedikit canggung.

Marry terdiam sejenak. Lalu, dia tersenyum lembut.

“Kau bisa berkunjung kapan saja, Nona Clara.” Marry membuka pintunya lebar, mempersilahkan Clara masuk.

Marry mengantar Clara ke ruang tamu. Clara menatap punggung Marry dan melihat rambut peraknya masih kusut.

“Aku baru saja bangun, Nona.” Marry mendesah. “Maaf, aku belum siap menyajikan apapun. Aku akan mengurus Caelan dulu.”

Clara duduk di sofa. Di depannya meja kayu – yang biasanya disajikan cookie dan tea – kini kosong. Dia tersenyum tipis.

“Tidak perlu merepotkan, Nyonya Marry. Aku akan mengurus diriku sendiri,” kata Clara tulus.

“Kalau begitu, silahkan nikmati waktumu. Aku pergi dulu,” kata Marry lembut.

Marry berbalik dan melangkah 2 langkah. Namun, Clara memanggilnya. Dia pun berhenti di tempat.

“Nyonya Marry… bisakah aku ikut membantumu?” Clara menepuk dadanya. “Aku bisa membantu membersihkan rumah, menyiapkan sarapan sederhana, atau merawat Caelan kecil.”

Marry menoleh ke belakang. Dia tersenyum ketika melihat gadis detektif berambut ungu itu sudah berdiri sambil menepuk dadanya.

“Baiklah, aku akan merepotkanmu, Nona Clara,” katanya tulus.

Marry mengangguk, lalu dia berjalan menuju dapur. Clara mengikutinya.

“Aku serahkan sarapan kepadamu, Nona Clara.” Marry menunjuk kultas sihir di sudut dapur. “Silahkan pakai bahan apapun di sana. Aku akan mengurus putriku.”

“Serahkan kepadaku, Nyonya Marry,” kata Clara penuh semangat.

Akhirnya, dua wanita itu berbagi tugas rumah tangga pagi ini. Clara menyiapkan sarapan. Sementara, Marry membersihkan Caelan kecil.

...

Clara mengikat rambutnya menjadi kucir kuda. Lalu, dia mengenakkan celemek.

Dia melangkah ke sudut dapur, membuka pintu kulkas dan menatap isinya.

“Hmm… masak apa pagi ini?” Clara memegang dagunya.

“Ada madu, telur, roti, daging sapi, tomat, sayuran hijau…” Clara mengamati isi kulkasnya.

Dia mengambil sebotol madu dan mencicipinya.

“Madu ini begitu manis,” katanya mengecap madu dengan jarinya.

Dia berdiri di depan kulkas sejenak. Lalu dia mengambil madu, roti, telur, tomat, bayam dan meletakkannya di atas kulkas sihir.

“Kalau begitu… aku akan membuat menu sarapan itu. Sederhana namun bergizi.” Clara menyingsingkan lengan baju. “Sekarang, waktunya memasak!”

Clara pun mulai mengerakkan tangannya, menyalakan kompor sihir, mengoreng telur, memanggang roti dan mengukus sayuran. Gerakkan begitu cekatan…. 30 menit kemudian, hidangan sarapan tersaji di meja makan.

“Selesai!” kata Clara sambil mengusap keringat di dahinya.

Clara duduk diam di meja makan. Dia menunggu Marry dan Caelan. Beberapa saat kemudian… suara langkah terdengar dari belakangnya diikuti suara manis.

“Wah, Kak Clara datang main!” kata Caelan kecil riang.

Clara menoleh ke belakang dan melihat gadis kecil berambut perak itu mengangkat dua lengannya di udara. Dia memakai gaun pink yang polos dan imut.

Di sampingnya, Marry berdiri dengan tenang. Dia memakai gaun mawar merah yang elegan.

Lihat selengkapnya