Malam itu terlalu sunyi. Tak ada suara jangkrik, hanya suara angin lembah yang membelai lembut dedaunan. Di dalam sebuah kamar penginapan kecil di Lembah Mawar, Clara duduk memeluk lututnya di tempat tidur. Sebuah lampu minyak menyala redup di sisi meja. Buku catatannya terbuka, tetapi tak ada pena yang bergerak.
Tangannya gemetar. Tapi bukan karena takut.
Karena bingung. Karena ragu. Karena... tersentuh.
—
Aku Tak Bisa Lagi Netral...
Clara menatap bayangannya di jendela. Tatapan itu—tajam, terlatih, seperti biasa. Namun di balik semua itu, ada kebingungan yang mulai berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam.
"Aku detektif," bisiknya lembut. "Aku netral. Aku tak memihak."
Itulah prinsipnya. Itulah yang membuatnya dipercaya oleh rakyat dan para bangsawan. Hukum di atas segalanya.
Tapi sekarang?
Sekarang, ia tertangkap basah oleh hatinya sendiri.
Aku mulai memihak.
Bukan karena Putri Mawar Darah itu cantik. Bukan karena Caelan manis dan memeluknya seperti adik perempuan. Tapi karena...
Karena di balik semua pembunuhan itu, Clara merasa Marry lebih pantas menyandang gelar 'penjaga hukum' daripada siapa pun di kerajaan.
—
Caelan dan Percikan yang Tak Terpadamkan...
Gadis kecil itu, dengan tangan mungilnya dan tawanya yang tak biasa, telah menyalakan sesuatu dalam diri Clara. Perasaan yang telah lama hilang.
Keinginan untuk melindungi.
Sebelumnya, Clara selalu melindungi hukum, sistem, dan institusi.