Setelah delapan hari di Lembah Mawar yang damai, Clara menginjakkan kaki di ibu kota sekali lagi. Namun begitu melewati gerbang utamanya, Clara merasa seolah-olah kembali ke tempat yang berbeda—bukan karena kotanya telah berubah, tetapi karena dirinya telah berubah.
—
Ibu Kota dan Aroma Masa Lalu...
Clara menarik napas dalam-dalam saat kudanya melintasi jalanan berbatu yang ramai di ibu kota. Bau pasar, dentingan logam dari gudang senjata, suara anak-anak berlarian... semuanya terasa familier, namun asing setelah keheningan lembah dan tawa polos Caelan.
"Terlalu berisik," gumamnya.
Dan entah bagaimana, untuk pertama kalinya, suara itu membuat dadanya terasa kosong.
—
Laporan Resmi kepada Pangeran Elvyn...
Setibanya di markas besar Pengawal Mawar, Clara langsung dipanggil untuk menemui Pangeran Elvyn, yang kini menjadi Penasihat Tinggi Dewan Stabilisasi.
Ruangan itu sejuk dan luas, dengan jendela besar yang menghadap ke Istana Putih.
Elvyn berdiri membelakangi Clara, menatap ke luar jendela ke arah ibu kota.
“Clara,” sapa Elvyn tanpa menoleh. “Kau sudah kembali. Katakan padaku.”
Clara menurunkan surat laporan itu. Namun sebelum berbicara, Elvyn menoleh.
Matanya biru. Tegas, rasional, dan cerdas. Namun di balik itu… Clara melihat sesuatu yang kosong.
—
Percakapan Dua Pelukan yang Terluka...