Blurb
Arkais adalah orang yang suka keterasingan.
Baginya, jatuh cinta hanya terjadi pada mereka yang telah kehilangan kepercayaan diri sehingga mereka membutuhkan dukungan serta pengakuan dari orang lain. Jatuh cinta hanya terjadi pada mereka yang merasa bahwa diri mereka tidak utuh sehingga mereka membutuhkan seseorang untuk mengisi kekosongan dalam diri mereka. Jatuh cinta bukanlah sesuatu yang patut untuk dibanggakan karena hal itu menunjukkan kelemahan seseorang dalam menghadapi pesona orang lain.
Tetapi entah kenapa banyak orang yang tidak setuju pada prinsip Arkais itu. Pernah suatu kali, ia berkaca, memandang dirinya sendiri. Mencoba mencari sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ia sempat berpikir, apakah hanya ia yang tidak pernah merasa jatuh cinta? Apakah ini adalah fenomena kepribadian yang tidak normal? Jika diingat-ingat, ia pernah merasakan jantungnya berdegup ketika berada di dekat seseorang. Ia mencoba menerka, apakah itu cinta?
Arkais menganalisis kejadian itu. Jika mengingat latar waktu pada saat kejadian, yaitu pada saat sore hari maka degupan jantung itu bisa saja berarti ia sedang lapar. Jika mengingat latar tempat pada saat kejadian yaitu di lantai tiga perpustakaan maka itu berarti ia sedang kelelahan. Ya, sudah diputuskan bahwa bukan seseorang yang berada di dekatnya yang membuat jantungnya deg-degan. Penyebabnya adalah kelaparan dan kelelahan.
Lalu bagaimana dengan pikiran yang selalu menyeretnya menuju wajah gadis itu. Ia kembali mencoba menganalisis, apakah itu jatuh cinta? Tidak, ia mencoba menolak kesimpulan itu. Jika ditilik dari kepribadiannya yang tertutup dan penyendiri maka itu hanyalah imbas dari rasa penasarannya terhadap orang lain.
Ternyata pertemuannya dengan gadis pecinta senja itu mengubah seluruh cara berpikir Arkais. Gadis itu berhasil membawa Arkais keluar dari kenyamanannya bersama kesunyian. Namun, dibalik senyum bahagia dan cerianya. Gadis itu menyimpan luka menganga di kepala dan dadanya. Luka yang serupa bom waktu, luka yang siap meledak menjadi kepedihan tiada terhingga.
Meski terus mencoba berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Pada akhirnya, mereka tetap saling mengungkapkan perasaan mereka. Semua bermula ketika mereka menikmati Matahari tenggelam sebagai Putri Senja dan Remah Roti. Mereka menjelma menjadi seekor burung kecil yang terbang melesat ke langit. Mereka mengalir dalam udara, mereka tertantang untuk menyebrangi selat dan samudera jauh. Namun badai mematahkan sayap-sayap mereka. Sebelum jatuh, gadis itu pernah berdoa agar diberi kesempatan menikmati senja di pantai-pantai terbaik di nusantara dari timur hingga ke barat Indonesia.
Kematian gadis itu membunuh rasa yang baru saja hidup di dunia Arkais. Meski telah mewujudkan mimpi-mimpi gadis itu, Arkais tetap merasa kosong. Hingga di suatu sore, Arkais memutuskan untuk menyebrangi selat dan samudera menuju tempat dimana matahari pulang. Menuju rumah Sang Senja.