PUTRI SENJA DAN REMAH ROTI

Maz Li
Chapter #16

Empat Nama Empat Cerita

Akhir zona nyaman.

Semua orang menghilang diri dari peredaraan. Liburan yang berakhir dramatis itu benar-benar menjadi pertemuan terakhir antara Arkais, Aura, Adagio, dan Rin. Sesuai perjanjian, mereka akan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya di akhir masa perkuliahan mereka. Saat lulus, mereka harus menjadi orang yang berbeda dengan diri mereka ketika awal masuk kuliah dulu.

Mereka berbagi kabar terakhir ketika pembagian kelompok KKN (Kuliah Kerja Nyata). Rin memenuhi mimpinya, ia akhirnya bisa berangkat ke Pulau Enggano. Ia bergabung dengan KKN khusus Enggano yang setiap tahun diselenggarakan oleh pihak kampus. Adagio lebih keren lagi, ia ikut berpartisipasi dalam kegiatan KKN Kebangsaan. Ia memberi kabar akan dikirim ke salah satu daerah di Pulau Kalimantan. Berbeda dengan dua orang penuh ambisi itu, Arkais dan Aura memilih jalur umum yang biasa-biasa saja. Pihak kampus biasanya menempatkan para mahasiswa di kabupaten-kabupaten yang ada di provinsi Bengkulu.

Arkais ditempatkan di Kabupaten Rejang Lebong, sedangkan Aura ditempatkan di Kabupaten Bengkulu Selatan. Mereka terpisah lima jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Sepertinya dunia benar-benar mengharuskan mereka mengembangkan diri secara mandiri dalam lingkungan baru untuk bisa menciptakan diri mereka yang lebih dewasa.

Di Pulau Enggano.

Rin akhirnya melepaskan segel yang membelenggunya selama ini. Di sana ia benar-benar tidak peduli dengann skincare, terik matahari, lumpur, dan penampilan fisik lainnya. Ia menjadi seorang Serindang Bulan yang peduli pada lingkungan, hormat pada adat budaya asli negeri ini. Hari-harinya penuh dengan obrolan-obrolan tentang berbagai hal yang bersifat psikologis filosofis.

Rin berubah menjadi seorang gadis yang begitu tertarik dan penasaran pada ruang misterius kepribadian manusia, rahasia keselarasan hidup dengan alam, dan mulai belajar menyelami hakikat kebahagiaan. Tujuh puluh hari lebih ia berbaur dengan masyarakat, adat, dan budaya yang lahir dan berkembang di Enggano.

Meski kulitnya menjadi kecoklatan, tatapan matanya menyiratkan kedewasaan. Kesan manja mulai hilang dari karismanya, membuat lelaki yang memandangnya semakin terjerat dalam pesona seorang dewi bernama Serindang Bulan.

Kabar dari tengah Pulau Kalimantan.

Sebagai penggiat musik populer, Adagio dibuat terkesima ketika mendengarkan secara langsung permainan musik tradisional yang ada di Kalimantan Tengah. Sejak saat itu, ia mulai membuka diri dengan cakrawala musik yang lebih luas. Ia belajar menggunakan alat-alat musik tradisional Kalimantan Tengah seperti Katambung, Garantung, Rebab Kalimantan, dan Japen.  

Lihat selengkapnya