PUTRI SENJA DAN REMAH ROTI

Maz Li
Chapter #17

Terminal Mimpi

Hari perayaan wisuda.

Selama setahun terakhir di kampus, mereka benar-benar tenggelam dalam kesibukan. Janji mereka untuk wisuda bersama di bulan Agustus, memacu mereka untuk keluar dari zona nyaman. Mereka lintang pukang mengejar ketertinggalan, menghabiskan siang dan malam demi dapat mewujudkan janji itu.

Setelah Kuliah Kerja Nyanta sebagai bentuk pengabdian masyarakat berakhir, mereka semua harus segera beralih fokus ke proyek akhir atau praktek kerja lapangan. Kesibukan itu membuat mereka hanya bertemu kembali dalam waktu yang sangat singkat di kafe tempat Adagio sering tampil bernyanyi. Meski sangat sebentar, itu semua cukup bagi mereka. Mereka maklum dan sadar harus kembali tenggelam dalam kejar-kejaran dengan batas diri mereka sendiri. Semester 7 dan 8 memang semester yang tidak memberikan jeda istirahat bagi mahasiswa,

Sebagai mahasiswa jurusan guru, Arkais akhirnya terjun ke sekolah untuk praktek mengajar secara langsung. Pertemuannya dengan Aura di perpustakaan berdampak besar dengan dirinya yang baru. Ia berhasil mengeluarkan kemampuan beradaptasi yang luar biasa. Ia bahkan dengan mudah bisa membentuk ikatan dengan para peserta didik hanya dalam sekali pertemuan.

Rin sibuk mempersiapkan diri untuk mengejar beasiswa. Meskipun orang tuanya sangat mampu untuk membiayainya kuliah magister di luar negeri. Tetapi, baginya ini adalah saat paling tepat untuk membuktikan diri, waktu paling ampuh untuk mengambil langkah berani. Ia selalu berujar bahwa masa muda hanya terjadi satu kali. Ia ingin meraup semua hal yang bisa ia genggam. Entah sejak kapan, ia menjadi seorang gadis yang begitu rakus pada mimpi.

Aktivitas Adagio di Bengkulu mulai terbatasi, ia menjadi sorotan media sejak pulang dari KKN Kebangsaan. Apalagi setelah beredar kabar bahwa ia telah bertekad untuk mengeluarkan lagu baru sebelum wisuda.

Selain itu, Ia juga mulai memperluas relasinya. Tidak lama setelah kepulangannya dari Kalimantan Tengah. Ia langsung menghubungi para pemusik tradisional senusantara, ia ingin membentuk komunitas akbar demi mewujudkan sebuah mahakarya yang akan mengangkat harkat dan martabat musik tradisional Indonesia di kancah dunia. Ia mengajak beberapa penyanyi indie untuk berkolaborasi dengannya. Terutama pemusik dan penyanyi indie yang bergenre romantis dengan syair-syair puitis.

Aura tidak mau kalah, ia mulai kembali menulis, membuka usaha kecil-kecilan, dan mulai menjajaki dunia-dunia baru yang mampu meningkatkan keterampilannya. Cita-citanya ingin keliling ke semua pantai Indonesia setelah lulus kuliah harus terlaksana. Ia juga sudah sedikit tenang melihat ayahnya perlahan mulai berubah, walaupun ia tidak berharap banyak pada beliau.

Lihat selengkapnya